Hidup memang penuh warna dan cerita, dimanapun kita berada. Pada babak hidup gue kali ini, gue masih terjebak di negeri sendiri tapi bukan di tanah sendiri. *ya iyalah, orang gue belum pernah beli tanah. Maksud gue, pada babak hidup gue kali ini, gue masih berada di tanah perantauan. Gue yang notabene orang Jowo tulen dilempar oleh perusahaan untuk menjalani hidup di luar Pulau Jawa. Alhasil, pada detik ini gue berada di Pulau Sulawesi, tepatnya di kota Makassar. Meskipun gara-gara perusahaan gue dilempar ke pulau lain, tapi gue masih bersyukur. Seengga'nya gue masih di kota. Dibandingin sama temen-temen gue yang ditugaskan di daerah yang lebih pelosok pedalaman masuk di Pulau Sulawesi. Pola hidup di Makassar pun tak jauh beda dengan kota-kota di Jawa, kecuali perbedaan waktu antara Jawa dengan Sulawesi dimana gue harus muter poros jam tangan sampai nambah 1 jam dari waktu di Jawa. Dan karena perbedaan waktu ini, pada awal-awal waktu gue pindah ke Makassar gue sering