Pada jaman dahulu kala ada seorang anak kecil yang ga begitu tampan. Kita sebut saja namanya Gabe, singkatan dari Ga Bejo alias ga beruntung. Gabe berasal dari keluarga kurang mampu yang tinggal di kaki Gunung Kembar. Bapak Gabe bekerja sebagai pendulang belerang, sedangkan Emaknya bekerja sebagai pencari kayu bakar. Keluarga Gabe hidup apa adanya dengan penuh keterbatasan.
Gabe mempunyai seorang sahabat karib, sebut saja Robe, singkatan dari Rodo Bejo alias agak beruntung. Robe dan Gabe lahir di dukun beranak yang sama, dengan jeda waktu hanya 5 menit lebih dahulu Gabe. Keadaan Robe sebenarnya ga jauh beda sama Gabe. Bapak Gabe seorang pendulang belerang, sementara Emaknya seorang buruh tani musiman. Keadan keluarga Robe pun sebelas duabelas dengan keluarga Gabe, hidup dengan penuh keterbatasan.
Setiap hari Gabe dan Robe membantu bekerja di tambang belerang setelah pulang dari sekolah. Mereka sangat akrab dan dekat, berhubung mereka merupakan anak tunggal di keluarga masing-masing, mereka sudah seperti saudara. Dimanapun ada Gabe di situ ada Robe, dimana ada Robe di situ ada Gabe. Ketika Robe memiliki makanan, mereka makan berdua. Jika Robe bercerita, Gabe akan mendengarkan cerita Robe. Gabe boker, Robe yang nyebokin. *ok ini ekstrim, jangan dibayangin
Waktu terus berjalan, Gabe dan Robe sudah tumbuh besar dan memiliki pengetahuan yang luas karena mereka memang memiliki hobby membaca. Mereka tumbuh menjadi remaja-remaja yang kuat dan sehat, meskipun mereka ga pernah mendapat bantuan susu dari pemerintah. Mereka memiliki mimpi suatu saat nanti akan pergi ke kota untuk mencari kehidupan yang lebih baik dengan bekal kemampuan fisik dan pengetahuan yang lumayan.
Namun sial nasib sial menimpa kedua Bapak mereka. Ketika melakukan penambangan, batu yang ada di atas belerang tiba-tiba jatuh dan bergulir ke bawah dengan cepat. Menimpa kaki-kaki Bapak Gabe dan Bapak Robe. Beruntungnya Bapak-Bapak mereka bisa selamat, namun sayang kaki mereka lumpuh dan dinyatakan cacat serta ga mampu lagi bekerja.
Keadaan ini memaksa Gabe dan Robe menggantikan peran sebagai kepala keluarga. Satu tahun berlalu, dua tahun berlalu. Keadaan nampaknya ga pernah berubah. Robe sadar akan hal itu, kemudian pada suatu hari Robe bertukar pikiran dengan Gabe di sela-sela tambang.
"Gabe, ingatkah kamu dengan mimpi-mimpi kita dahulu?" Robe membuka percakapan.
"Mimpi kita pergi ke kota? Kurasa mimpi itu sudah terlalu jauh Robe" jawab Gabe sedih.
"Semalam aku memikirkan kehidupan kita yang tak ada perubahan. Aku ingin berubah Gabe, aku ingin pergi ke kota untuk kehidupan yang lebih baik lagi." Robe membulatkan tekadnya.
"Ayo Gabe, kita songsong hidup yang lebih baik." ajak Robe.
"Maaf Robe, aku tak sanggup. Aku harus merawat kedua orang tuaku yang semakin renta. Kedua orang tuaku juga tampaknya tak mengijinkan jika aku pergi ke kota." Gabe menjawab dengan putus asa.
Waktu pun berlanjut. Setiap hari Robe bekerja dua hingga tiga kali lebih keras dari Gabe. Setiap hari hasil kerjanya ditabungkan separuh, sedangkan separuhnya untuk biaya hidupnya dan kedua orang tuanya.
Setahun telah berlalu, Robe pun berpamitan pada Gabe dan berangkat ke kota. Tabungannya selama setahun diberikan kepada kedua orang tuanya, sementara dia hanya berbekal seperlunya.
Setahun berlalu, dua tahun berlalu. Ga ada kabar dari Robe. Kehidupan keluarga Robe semakin parah, namun orang tuanya ga mengeluh karena mereka sudah merestui niat Robe untuk ke kota. Sementara itu kehidupan Gabe berjalan seperti apa adanya, mereka tidak kekurangan namun juga tidak hidup mewah.
Menginjak tahun ketiga, kehidupan keluarga Robe sangat parah. Ayahnya sudah ga bisa berdiri, Emaknya juga sudah mulai terbatas kemampuan fisiknya untuk mulai bekerja.
Pada saat yang tepat itu tiba-tiba Robe pulang. Robe pulang dari kota, dengan mengendarai kuda. Di belakangnya mengikuti beberapa kuda dengan gerobak di belakangnya. Gerobak-gerobak itu berisi harta-harta kekayaan yang didapatnya selama di kota.
Mulai saat itu, kehidupan keluarga Robe membaik. Mereka ga pernah kekurangan, bahkan bisa dikatakan mereka hidup bahagia. Robe bisa membawa Bapaknya ke kota untuk berobat pada tabib terkenal, dan Bapaknya bisa berjalan kembali. Apa yang mereka inginkan bisa terbeli. Robe memberi orang tuanya makanan-makanan yang bergizi, yang membuat mereka sehat.
Sementara itu, kehidupan keluarga Gabe tidak ada perubahan. Mereka hidup seperti jaman Gabe masih kecil, ga ada perubahan sama sekali. Sama saja.
*****
Apa inti dari cerita di atas?
Inti dari cerita di atas, bahwa hidup itu pilihan. Pilihan untuk bergerak maju atau tetap diam di tempat. Kita harus berani bergerak maju, dengan segala resiko dan pengorbanan.
Dari cerita di atas sebenarnya ga ada jaminan Robe akan sukses jika dia pergi ke kota. Ga menutup kemungkinan juga ketika Robe memutuskan pergi ke kota, dia akan gagal dan pulang tanpa hasil apa-apa, atau bahkan ga bisa pulang ke rumah sementara kondisi keluarganya semakin parah. Tetapi setidaknya Robe berani mencoba dan mengusahakan dengan penuh persiapan dan pengorbanan di awal, karena dia tahu jika dia diam saja kehidupannya dan kehidupan keluarganya ga akan berubah.
Seperti itulah hidup kita, jika kita hanya hidup mengikuti arus kehidupan kita ga akan berbeda jauh dengan kehidupan kita yang dulu. Satu tahun, dua tahun, lima belas tahun akan tetap sama saja. Bahkan arus air pun dapat membawa kita ke jurang, yang berarti kegagalan dalam hidup.
Akan tetapi ketika kita berani berjuang menentang arus, dengan penuh persiapan kita dapat mengatur kapal kita mau bergerak ke mana. Kita bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Memang ga ada jaminan, semua tergantung dari Yang Maha Kuasa. Tetapi ga ada salahnya mencoba, daripada diam.
Bahkan Allah sudah berfirman bahwa Dia ga akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada di diri mereka.
"Sekarang semua terserah pribadi masing-masing, sudah nyamankah kita dengan kehidupan kita. Apakah hanya diam, atau bergerak untuk kehidupan yang lebih baik."
folow balik aa :v
BalasHapushttp://www.alembana.com/
BalasHapusKeren... aku setuju sekali lagi dengan tulisan ini..
BalasHapusHidup itu soal pilihan, dan bertanggungjawab atas pilihan tersebut.
Pasti, selalu ada pilihan setiap kita akan melangkah..
Terkadang, kita lebih termakan oleh budaya hedonis lingkungan di mana kita berada.
Ujung-ujungnya, hal ini merusak mental anak muda..
Sip, refrensi bagus nih untuk pengembangan wawasan..
Kita seperjuangan.. mari menebar kebaikan dan menelorkan energy kehidupan bagi orang lain.. hehe
Semangat mas..!
siiippp, semoga blog gue bisa bermanfaat untuk orang lain
Hapusaamiiin :D
gua pikir gabe itu gaberiel, ternyata ga bejo ya? oh iya ini di bookmark dulu ya? nanti pasti aku baca kok, internet lagi lola nih gara-gara om tiffatul sembiring, #JujurSekaliDiriku
BalasHapusiya silahkan2, gue maklum kok
Hapussecara kita ternyata sama2 korban Mr. TS
hehehe
bener banget. kalau terus duduk diam dan mengikuti arus kehidupan saja tanpa melakukan sesuatu yang berarti tak akan ada hasilnya. berbeda jika berani untuk mengambil resiko. setidaknya dari sebuah kerja keras tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang buruk. selalu ada hasil yang indah untuk orang yang mau berusaha memperbaiki kehidupannya.
BalasHapushidup memang selalu dihadapkan oleh pilihan. namun jika bukan diri sendiri yang memperbaiki kehidupan, siapa lagi? setiap pilihan memang akan selalu ada resiko. tapi setidaknya mau berusaha. :)
iya betul, karena kita yang megang kendali atas kehidupan kita sendiri
Hapuspilihanpun ada di tangan kita masing2
dan masa depan ditentukan oleh apa yang kita pilih
Berarti dengan kata lain Robe memilih bergerak maju sedangkan Gabe tetap di tempat, gak ada perkembangan sama sekali, tetep kayak gitu.
BalasHapusTapi emang bener yang namanya hidup itu tergantung kita sendiri, mau menjadi kayak Robe atau Gabe. Keren
yoii, mau bergerak maju atau diam ditempat
Hapussemua terserah kita
dan semua tetep ada resikonya
Kamu sudah baca Negeri Lima Menara? Disana ada kisah anak anak yang berani mau mengejar mimpi di tengah keterbatasan, ada pula yang memilih pulang merawat orang tuanya yang sudah sakit sakitan, sembari terus berdoa agar mimpinya terkabulkan, meski Allah mengabulkan dengan cara lain. Hasilnya, mereka berhasil dengan cara mereka sendiri.
BalasHapusBegitu juga dengan cerita di atas. Hidup memang pilihan, dan tergantung dari keberanian kita sendiri. Maju mengejar mimpi, atau memilih merawat orang tua yang sakit. Menurut saya malah, keduanya tetap mewujudkan mimpi mereka kok, dengan caranya sendiri. Robe pergi ke kota, dan Gabe memilih merawat orang tuanya. Keduanya sama sama menunjukkan bakti mereka untuk membalas budi. Bukan masalah jalan di tempat, atau bergerak majunya yang kita bahas di sini. Tapi setiap pilihan memang punya resiko, dan kita harus memikirkan resiko terbesar sebelum melakukannya, termasuk seperti Robe, ataukah Gabe. Robe bagus mengejar mimpi, dan Gabe mulia karena memilih orang tuanya yang sakit. Karena Nabi Muhammad sendiri memerintahkan seorang sahabat untuk menjaga ibunya yang sudah renta, daripada ikut berperang syahid di jalan Allah. Karena menjaga ibu itu lebih utama.
Jadi, bijak saja memilih apa yang akan kita lakukan.^^
subhanallah, iya mbak
Hapusitu semua juga tergantung diri masing-masing
ada hasil yang akan diterima, disertai resiko yang harus kita ambil
Baru pertama kali berkunjung nih.
BalasHapusHemm jujur aku baca cerita diatas itu sedikit merinding, yaa bisa dikatakan aku lagi ada di posisi salah satu dari Robe dan Gabe.
Bener - bener inspiratif banget sumpah !
Ehm, hidup itu memilih :D
selamat datang :D
Hapusiya, bijak dalam memilih ya :)
kamu memang kereen, aku ketagihan baca postingan kamu yang disampaikan melalui cerita fiksi tp ngena banget.
BalasHapusIya emang bener banget, hidup itu pilihan, pilihan untuk mencoba hal yang baru yang memang belum jelas hasilnya. Tapi ga pa2, yg penting niat dan usaha.
hehe, makasih ya jadi malu *garuk2
Hapuspadahal postinganku ga pake narkoba lo, serius
yap, niat yang bener dibarengi usaha sungguh2
ya....ini ngena banget......amanahnya ada....terasa banget....
BalasHapusdan postingan ini mengajak kita berfikir dan menimbang dengan baik..
analoginya kuat.....pas untuk menjadi motivasi....
secara pribadi....mungkin karena saya bukan orang akademisi dan mencoba untuk membela diri ~modus
saya mungkin akan mengatakan
sekolah atau tidak sekolah itu sama saja
yang penting mau bergerak
yang sekolah belum tentu bergerak
dan yang tak sekolah belum tentu diam
salam
Moti peacemaker ~~~ekekekeke
makasih :D
Hapusnah, sampai ke sekolah juga nih?
sekolah emang ga penting kok, yang penting ilmunya
*aseeeek
Menarik pesan yang disampaikan. Robe dicerita itu sudah benar-benar mengambil keputusan dan langkah yang besar. Enggak kebayang mahalnya pengorbanan yang dia lakukan meski tanpa jaminan dia mampu pulang kerumah dengan hasil yang lebih dari sepadan. Sukak lah dengan ini.
BalasHapus"Kita harus berani bergerak maju, dengan segala resiko dan pengorbanan."
makasih :D
Hapusyap, semua tetap ada resikonya
tergantung kita yang memilih :D
semacam berspekulasi dengan pilihan yang diyakini walaupun belum tentu ada jaminan dari pilihannya itu..
BalasHapusgue suka tulisannya, soalnya rapi.. jadi enggak malesin buat dibaca..
sebenernya bakalan lebih keren lagi kalo pembacanya yang ngambil kesimpulan sendiri, jangan langsung disebutin di akhir postingan hehe
eh iya.. itu terakhir beneran dari kota ke desa dateng naik kuda..
udah kayak angling dharma aja, tapi emang bener sih... "pada jaman dahulu kala" -_-
makasih dot masukannya
Hapusdijadiin pertimbangan buat postingan selanjutnya
iya, kan settingnya jaman dahulu kala :D
sip, semua perjuangan ga ada yang sia-sia kok
BalasHapusapapun hasilnya nanti
karena Tuhan menilai apa yang kita lakukan
bukan apa yang kita hasilkan
yang masi jadi pertanyaan.. skolah macam apa yang ada di balik gunung kembar itu.. dan guru macam apa yang mau jadi relawan di situ ? wkwk keren2 bang inspiring dan nyeresep.. yang pasti bikin orang mikir
BalasHapustapi kadang kalo cuma modal nekad juga, malah cuma bakal memperburuk ke adaan si, yang penting itu ke siapan kita sendiri sih, nice post bro !
udah ga usah dipikirin, gue aja ga mikirin kok :D
Hapussip, makasih bro
yap, hidup adalah pilihan
BalasHapusmaka pilihlah dengan bijak
memotivasi sekali :)
BalasHapusdimana ada niat, disitu ada jalan
jalannya jangan cuma diliatin, dilewatin donk
*eh apasih* -___-
maap garing
makasih :D
Hapusnah yang garing apa nih? krupuk yang mana? :D