Langsung ke konten utama

17 Agustus dan 69 Tahun Indonesia

Apa yang terlintas di pikiran warga Indonesia ketika mendengar kata "tujuh belas Agustus"?


Begitulah kira-kira yang terlintas. Ada yang kepikiran tentang Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, ada yang kepikiran tentang Proklamasi, tapi ada juga yang kepikiran tentang lomba tujuhbelasan, bahkan ada yang kepikiran tentang libur. *aduhdek

Setiap tanggal tujuh belas Agustus, rakyat Indonesia selalu memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, untuk mengenang sejarah bahwa Indonesia telah merdeka yang ditandai dengan dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 oleh Proklamator kita Soekarno dan Hatta.
Mengingat sekarang sudah menginjak tahun 2014, berarti kalau dihitung pakai sempoa umur Indonesia sebagai bangsa yang merdeka udah sampai di angka 69 tahun. 69 tahun itu kalau ibarat manusia ya udah jadi kakek nenek yang menimang cucu. Tapi toh Indonesia bukan manusia,

Jadi Indonesia baiknya dianggap apa nih? Dewasa? Masih muda?

Emmmmm, baca dulu deh.

"Indonesia su anam sambilan tahun, tapi torang masih begini-begini saja. Tarada perubahan." Begitu kira-kira kalimat yang diucapkan oleh Bapak penjual cilok.

"Iyo mas, wes suwidak sanga taun. Tapi yo isih ngene-ngene wae. Beras larang, minyak larang, ora ono sing murah." Kalau ini kalimat dari Ibu penjual jamu.

"Indonesia tanah air beta. Tanahnya nyewa airnya bayar." Yang ini status temen gue.

Jujur gue heran sama orang-orang yang berpikiran seperti itu. Anggapan mereka bisa diumpamakan dengan persamaan berikut :

A. Semakin berumur Indonesia, semakin baik perekonomian Indonesia
B. Semakin baik perekonomian Indonesia, semakin baik perekonomian rakyatnya

Maka A+B = C. Semakin berumur Indonesia, semakin baik perekonomian rakyatnya.

Dengan kata lain rakyat Indonesia akan semakin kaya dengan sendirinya, dengan cara menunggu Indonesia semakin tua. Padahal kita sendiri tahu kalau itu ga' mungkin.

Memang semakin berumur Indonesia, perekonomiannya seharusnya semakin baik. Tapi itu juga banyak faktor yang mempengaruhi. Bukan faktor harga kerupuk dalam negeri yang paling mempengaruhi, tapi salah satunya adalah faktor masyarakatnya.

Bayangkan kalau semua rakyat Indonesia berpikiran seperti Bapak penjual cilok atau Ibu penjual jamu di atas, bisa dipastikan Indonesia akan diam ditempat, bahkan bisa semakin mundur dibandingkan negara yang lain. Ga' mungkin Indonesia bisa membaik dengan sendirinya, jika semua rakyatnya hanya menunggu dan menunggu.

Perekonomian mereka akan semakin membaik jika mereka mau bergerak maju, ga' hanya menunggu. Dengan semakin membaiknya perekonomian rakyatnya, maka tingkat ekonomi Indonesia juga akan semakin membaik. Dengan demikian bisa dikatakan kalau semakin baik tingkat perekonomian rakyat, akan membuat perekonomian Indonesia semakin baik. Bukan malah seabaliknya.

Indonesia memang sudah 69 tahun, namun jika ada yang bertanya

"Apakah Indonesia sudah dewasa dengan umur segitu?"

Bakal gue jawab 

"Tergantung, tergantung bagaimana rakyatnya. Jika rakyat Indonesia memang dewasa berarti Indonesia sudah dewasa. Tetapi jika sebaliknya, maka hal itu juga yang berlaku bagi Indonesia."

Semoga saja rakyat Indonesia semakin dewasa, agar Indonesia juga semakin dewasa. Dengan demikian mereka ga' hanya menunggu umur Indonesia semakin tua agar perekonomian mereka semakin baik, akan tetapi mereka mau bergerak maju agar mereka juga berperan dalam memperbaiki perekonomian Indonesia. Karena mau 1000 tahun pun, kalau yang dilakukan hanya menunggu toh ga' akan ada perubahan, bahkan yang ada juga cuma kemunduran.

Selamat Ulang Tahun Negeriku, jayalah selalu . . . . . .

Komentar

  1. kalo menurutku, untuk usia sebuah negara, Indonesia masih belum tua.
    karena banyak negara lain yg makmur pada saat usianya suah lebih dari 100 tahun.

    BalasHapus
  2. indonesia masih muda, dan masih berkembang. yah, mungkin indonesia juga masih fitting, terutama di bidang pendidikan.

    semoga indonesia makin maju :)

    BalasHapus
  3. Semoga Indonesia semakin dewasa, tapi
    "Orang dewasa belum tentu dia lebih baik dari yang lebih muda, bisa saja yang muda memiliki ide baru maka dari itu kita harus saling menghormati baik yang muda maupun yang tua"

    BalasHapus
  4. Semoga Indonesia semakin Dewasa , dan semakin bisa menciptakan hal hal baru (positif) bagi kemajuan negara :D

    umur segitu masih belum apa apanya :3 mungkin tunggu 100 ato dua ratus tahun lagi :D

    BalasHapus
  5. Indonesia tanah air beta. Tanahnya nyewa airnya bayar." ---> sumpah ini JLEB bgt...

    BalasHapus
  6. Setuju sama quote lu. Dan kebangetan itu status temen lu. Sama negara sendiri tega nian -.-

    BalasHapus
  7. selamat ulang tahun indonesiaku. artikelnya bagus (y) setuju banget sama pendapat kamu.

    indonesia tanah air beta, tanahnya nyewa airnya bayar. ckck. ada-ada tuh temenmu.

    BalasHapus
  8. setujuh nih! gausah menunggu, tapi langsung lakukan perubahan.
    gue juga nulis serupa di blog gue :v

    BalasHapus
  9. bener kata mbak yulita di atas. banyak juga negara yg udah 100 tahun ke atas merdekanya, tapi belum maju juga.
    kalo menurut aku indonesia udah cukup dewasa sih... kita udah termasuk negara maju kan ya?

    BalasHapus
  10. asseeeeeek.... yang udah bisa bahasa selain bahasa Jawa ciee...wekekekeke

    oh tapi kalo aku sih bilang yess, udah dewasa soalnya udah 23 is y age gitu, jadi sebagai rakyat Indonesia aku pilih Indonesia udah dewasa..gitu aja sih..
    ngemen ngemeng, dulu lu menang apa pas ikutan lomba tujuh belasan di lapangan TPR?? lu ikutan yang nurunin karet dari hidung ke leher nggak sih??? wekekekekekekeke

    BalasHapus
  11. pokoknya semoga Indonesia semakin baik.. semoga juga ada perubahan untuk tahun ini dan seterusnya...

    BalasHapus
  12. SELAMAT... abang dapat "absurd blog award", banner silahkan dipasang. Syarat posting laksanakan sesuai ketentuan berlaku. cek kode dan syarat lebih teliti di posting dengan judul yang sama dengan awardnya :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memunafikkan Jawaban

" Siti sayang sama Abang kan ?" Joko bertanya dengan manja pada Siti, kekasihnya. " Emmmm, gimana ya Bang ?" jawab Siti manja. " La emang gimana, sayang ga' ?" kali ini Joko memaksa, agak ga sabar. " Emmm, iya iya bang. Masa' engga'?. " Siti akhirnya menyerah. " Oke deh sayang, Abang kerja dulu ya. " pamit Joko sembari menutup telephonnya. Siti menghela nafas, kemudian meletakkan handphone di tas kecilnya. Sedetik kemudian. " Tadi siapa? " tanya seseorang pada Siti. " Oh, biasa sayang, si Joko. " jawab Siti dengan nada manja, kemudian merangkul tangan pria berjenggot panjang dan berkumis lebat yang tadi mengajukan pertanyaan.

Ketika Batas Waktu

terngiang-ngiang di sela waktu dalam kuasa tawa mengisi masa seiring nafas detik berlalu dalam lelah tangis terdengar lemah tak ada yang tahu rahasia Illahi yang hakiki karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya meski semua tahu tiap-tiap umat memiliki batas waktu namun tak ada yang tahu kapan datangnya batas waktu ketika batas waktu tiba kita hanya bisa berdo'a semoga amal kita di dunia menjadi penyelamat dari siksa neraka dan pengiring menuju nikmat surga karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya ketika batas waktu tiba

Akibat Menunda-nunda

Hello guys, udah makan? Kalo belum makan, sok makan dulu gih, karena sesungguhnya makan lebih bermanfaat daripada ngebaca postingan kali ini. Awal bulan kemarin gue terpaksa ngedatengin rumah sakit, bukan karena gue mau ngegodain suster-suster di sana loh, tapi karena gue kena penyakit clavus di kaki dan terpaksa dioperasi ringan. Buat yang ga' tahu apa itu clavus silahkan cari informasi sendiri. Tapi pastiin dulu kalau kalian tahan ngelihat gambar yang ekstrim, dan gue juga ga' bertanggung jawab sama apa yang terjadi pada kalian selanjutnya. Jadi gue udah ngerasa kena penyakit ini sejak kurang lebih 3 bulan lalu, habis gue "asik" jebur-jeburan dan 3 hari dayung kano di Jatiluhur. Tapi berhubung waktu itu belum begitu besar dan ga begitu sakit, gue pun menunda-nunda untuk mengobati penyakit ini. Tapi semakin didiemin penyakit ini kok malah semakin menjadi, ga mau akur. Semakin besar dan menyakitkan, seperti kenangan yang sulit dilupakan. *oposih