Langsung ke konten utama

Karena Mereka Ada

Apa yang biasa kalian lakukan pas liburan? Main sepuasnya sama kecoa? Menghabiskan waktu di kamar sendiri sambil ngegalau dan nempelin upil di setiap sudut rumah? Membaca buku gambar? Atau sekedar nonton film 99 episode?

Memang banyak banget yang bisa kita lakukan pas liburan. Kita diberi kebebasan melakukan apapun, asal ga' melanggar UUD 45 serta norma-norma yang berlaku di masyarakat, seperti ngesot di tengah sawah, tiduran di jalan raya, ataupun ngecat muka Pak RT. Itu semua ga' boleh dilakukan selama liburan. *ok, gue mulai ngaco

Gue jadi inget dulu jaman kuliah, setiap ada libur semester gue seneng melakukan apa yang belum tentu bisa gue lakukan ketika masuk kuliah. Mungkin ga' semainstream main sama kecoa, atau nempelin upil di setiap sudut kamar. Yang gue lakukan cukup antimainstream, seperti nonton film 3 kali sehari, membaca 3 halaman novel sehari, kadang juga membantu Ibu merapikan tempat tidur. Cukup antimainstream kan?

Dan ada satu lagi kegiatan yang biasa gue lakukan bareng teman-teman kuliah selama liburan. Yaitu berkunjung ke Panti Asuhan. Yap, kalian ga' salah baca. Setiap satu semester sekali, gue dan teman-teman kuliah selalu menyempatkan diri berkunjung ke panti asuhan yang berbeda-beda, dan itu dilakukan ketika libur semester tiba. Waktu yang dipilih biasanya kalau ga' awal liburan sebelum para urban pulang kampung, atau menjelang akhir liburan setelah para urban balik ke kos masing-masing.
Kali ini gue pengen berbagi cerita tentang kunjungan kami ke Panti Asuhan di liburan terakhir, liburan setelah semester terakhir kami lalui tanpa damai. Liburan terakhir kebersamaan kami, sebelum toga menyemat di kepala.

Pada kunjungan terakhir kami, kami memilih satu Panti Asuhan Cacat Ganda Al Rifdah yang ada di daerah Semarang.

Cacat ganda? Maksudnya?

Cacat ganda adalah keadaan dimana seseorang memiliki lebih dari satu jenis kekurangan. Entah itu kekurangan fisik, maupun mental. Penghuni Panti Asuhan ini bukan cuma anak-anak, tapi ada juga yang sudah matang menurut umur. Selain itu panti asuhan Al Rifdah juga terdiri dari penghuni dengan segala kondisi, mulai dari yang masih bisa lari-larian sampai hanya bisa tiduran.

Di sana gue dibuat ketawa sampai terharu oleh mereka. Ketawa sama tingkah laku yang konyol, dan terharu karena gue sadar, gue kadang kurang mensyukuri kondisi gue. Mereka ga' menganggap mereka memiliki kekurangan, mereka masih semangat dan ceria. Gue jadi malu sendiri, kalau gue yang normal dan sehat, bisa kalah ceria dan semangat daripada mereka. Kadang gue malah ngegalauin hal yang ga' penting. Juga ngeluh karena hal-hal yang sepele.


Selfie Dulu Ah . . . .


Imoetz Kan ?

Mereka membuat gue sadar, bahwa hidup adalah anugerah dan kesempatan terbesar yang diberikan Tuhan untuk manusia. Kesempatan untuk berbagi, memberi manfaat, mensyukuri, dan melakukan yang terbaik. Dan sebagai manusia yang diberikan sedikit keberuntungan lebih, kita ga' seharusnya mengacuhkan dan mengucilkan mereka. Karena sebenarnya kita dan mereka sama. Karena mereka ada.

Komentar

  1. Wah mulia sekali Kakak... Selain bantuin Ibu beresin tempat tidur, kamu juga sempet mengunjungi panti asuhan. Tapi, itu bisa jadi salah satu cara agar kita bisa lebih bersyukur.

    Iyap, dulu aku pernah ke panti asuhan. Dan, rasanya pengin nangis tapi nggak bisa di depan mereka yang ceria-ceria itu. Cuma ada sih yang bandel banget bikin aku takut. Tapi sebenernya dia baik.

    Iya kadang kita nggak pernah bersyukur dan banyaaak ngeluhnya. Padahal ngeluh karena hal sepele. Sementara mereka, punya kekurangan yang mungkin cukup besar, tapi mereka nggak pernah ngeluh. Salut, mereka emang patut jadi contoh :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. yap, kita bisa mencontoh semangat mereka
      mereka bisa semangat
      dan harusnya kita malu kalau kalah semangat dari mereka :)

      Hapus
  2. Salut banget kala libur diisi hal positif ayng gak egois!
    Ya, hidup ini penuh warna dan banyak insan kurang beruntung di luar sana. Dengan berbagi justru bikin kita tambah mesyukuri apa yang ada. Semoga saja hal positif yang Zain dan teman-teman lakukan bisa ngasi contoh baik bagi sesama dan berkesinambung. Kalau bisa jadi penyalur bantuan bagi anak yatim piatu.
    Mohon maaf lahir batin, ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali ibu, :)
      semoga kita bisa lebih mensyukuri apa yang kita miliki

      aamiin
      mohon maaf lahir batin juga ya :D

      Hapus
  3. kunjungan yang berkesan pastinya. untuk menyadarkan kita bahwa gak semua apa yang kita nikmati dalam hidup, bisa dinikmati oleh orang lain diluar sana. lebih bersyukur saja dengan apa yang kita miliki.

    mereka yang sering terkucilkan itu miris banget. mereka yang harusnya dilindungi agar tetap semangat menjalani hidup ditengah kekurangannya malah harus dikucilkan. bahkan kadang oleh keluarganya sendiri. gue sering melihat pemandangan serupa ini disekitar gue. sungguh miris.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yap, memang ga bisa dipungkiri kalau ada keluarga yang ga mau menerima keadaan mereka
      semoga saja kita bisa lebih bersyukur dan lebih membuka mata

      Hapus
  4. tuh! tuh! tuh! disyukurin diksih keadaan tubuh yang sehat wal afiat, liat tuh mereka walau mereka memiliki kekuarangan mereka tetap bersyukur akan kehidupan yang diberikan tuhan yang maha esa, bagus nih liburannya bisa ditiru nanti mau coba ahhh..!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. yap, apalagi kita yang sehat wal afiat
      harus lebih bersyukur lagi dong
      :)

      Hapus
  5. Keren ya kegiatannya? Kegiatan kayak gini tuh kalo sering dilakukan, kita bisa jadi peka sama orang2 sekitar yg butuh pertolongan. Patut dicontoh nih. Dan lagi2, postingan di blog ini nyadarin aku utk lebih bersyukur.

    BalasHapus
  6. Sarana untuk intropeksi diri dan mempertebal rasa syukur adalah dengan berkunjung dan bercengkrama dengan para penyandang difabel kayak gini.

    Meski libur kuliah, saya mah tetep kuliah dong. Kuliah online gratis dari internet.

    BalasHapus
  7. waahhhh.
    saya aja sampai lulus kuliah gak mpernah sekali liburannya bareng temen-temen ke panti asuhan, palingan ketempat-tempat yang lagi booming.

    Salut sama kamu, yang udah care sama orang lain, dan menyempatkan diri berbagi sama mereka. Harusnya saya bisa mencontok kamu.

    Lagi-lagi gak bersyukur. Emang manusia kebanyakan selalu ngeliat ke atas, gak sadar kalo ada yang lebih menderita lagi daripada dia,

    BalasHapus
  8. kereeeeen, bang. liburan semester berkunjung ke panti asuhan. itu sungguh antimainstream. dapet pelajaran yang berharga banget dari anak-anak di panti, menjadikan kita sadar untuk lebih banyak bersyukur :)

    BalasHapus
  9. yaaa allah rendah hati banget ni bang zainal.. jiwa yang sungguh mulia ea eaaa

    gua suka nih menhabiskan waktu liburan dengan hal yang bermanfaat, bukan buat kita doang tapi orang2 yang membutuh kan juga, kadang suka terketuk juga si kalo baca baca yang kaya gini huhu

    selalu bersyukur setinggi langit, ga boleh terus menerus ngeliat ke atas toh banyak yang ada di bawah kita juga tetep ikhlas, beuuuh keren deh lu bang !

    BalasHapus
  10. fung mata dan hati sudah berjalan kalau begini, bah!
    menciptakan mata untuk melihat kebawah, menciptakan hati untuk merasakan dan bersyukur,
    hmm, mesti sering bersyukur. dan mesti saling memberi meskipun sebuah senyuman..
    Vina juga pernah berkunjung ke sebuah panti, tapi panti lanjut usia. dimana ada yang tuna waras juga, sedih lihat mereka disana. bahkan ada yang masih punya keluarga tapi nggak mau merawat :(

    BalasHapus
  11. wah, keren sekali kak..gue belum pernah sama teman-teman ke tempat seperti panti asuhan seperti itu, sebenarnya gue pengen banget kayak kakak...pokoknya keren deh. gue terharu.!

    BalasHapus
  12. Baca tulisan ini aku jadi malu sendiri -_-
    Liburan selalu cuma mikirin kesenangan diri sendiri.
    Salut banget sama kamu yang masih nyempetin buat hal-hal yang mulia kayak gitu.

    BalasHapus
  13. keren. jarang'' ada orang yang mau pergi ke tempat sperti itu.
    memang diri kita masih sering kurang bersyukur atas nikmat yang diberikan olehNya. dan selalu iri terhadap orang lain. pdahal sejaatinya, mereka jg ga sebaik apa yg kita pikirkan.
    guru gue pernah berpesan sih, klo kita harus memperbanyak cermin kehidupan. agar diri kita tidak sombong dan rendah diri. rendah diri dan rendah hati itu, beda loh

    BalasHapus
  14. mau bw balik bingung mau singgah ke blog yang mana, akhirnya mampir disini ajalah.
    wah keren tuh agenda liburannya,
    bukan yang nonton film 3 kali sehari, membaca 3 halaman novel sehari,
    kadang juga membantu Ibu merapikan tempat tidur.
    itu anti mainstream bangettt :D

    yang peduli sama sesama. temen temen yang di panti asuhan.
    aku juga pernah sekali main main ke panti sama temen temen.
    cuma sekali sih, tapi hikmahnya luar biasa.

    BalasHapus
  15. ahh, lu selalu sudah melakukan apa yang ingin banget gue lakukaaaan...gue juga pingin bangettt bisa berbagi dan bisa mengunjungi temen temen di panti gitu. Eits, tapi gue udah pernah dooong dulu tapinya..itu juga karena diajak seorang teman dalam status masa sekarang, bukber gitu...kapan bisa kembali ikutan aktivitas macem itu yaaaaakkk

    bagus lah nak, tingkatkan!

    BalasHapus
  16. Wah kak zainal.. postingan yang menarik sekali. Aku juga terkena imbasnya, mungkin benar, kadang kita butuh melihat ke bawah, atau bahkan harus selalu melihat ke bawah, agar tidak pernah lalai bersyukur. Semoga kegiatan rutin itu enggak terputus ya, meskipun sudah toga dua kali, tiga kali, sampai sepanjang tahun, sepanjang-panjang tahun.. Nice post daaaan terimakasih yak ^^

    BalasHapus
  17. RT "Wah kak zainal.. postingan yang menarik sekali. Aku juga terkena imbasnya, mungkin benar, kadang kita butuh melihat ke bawah, atau bahkan harus selalu melihat ke bawah, agar tidak pernah lalai bersyukur. Semoga kegiatan rutin itu enggak terputus ya, meskipun sudah toga dua kali, tiga kali, sampai sepanjang tahun, sepanjang-panjang tahun.. Nice post daaaan terimakasih yak ^^" Setuju sama huda... Btw, bang dah difollow blognya, follback ya

    BalasHapus
  18. pertahankan mas kunjungan ke panti2 gituh.. biar dapet pahala juga...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memunafikkan Jawaban

" Siti sayang sama Abang kan ?" Joko bertanya dengan manja pada Siti, kekasihnya. " Emmmm, gimana ya Bang ?" jawab Siti manja. " La emang gimana, sayang ga' ?" kali ini Joko memaksa, agak ga sabar. " Emmm, iya iya bang. Masa' engga'?. " Siti akhirnya menyerah. " Oke deh sayang, Abang kerja dulu ya. " pamit Joko sembari menutup telephonnya. Siti menghela nafas, kemudian meletakkan handphone di tas kecilnya. Sedetik kemudian. " Tadi siapa? " tanya seseorang pada Siti. " Oh, biasa sayang, si Joko. " jawab Siti dengan nada manja, kemudian merangkul tangan pria berjenggot panjang dan berkumis lebat yang tadi mengajukan pertanyaan.

Ketika Batas Waktu

terngiang-ngiang di sela waktu dalam kuasa tawa mengisi masa seiring nafas detik berlalu dalam lelah tangis terdengar lemah tak ada yang tahu rahasia Illahi yang hakiki karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya meski semua tahu tiap-tiap umat memiliki batas waktu namun tak ada yang tahu kapan datangnya batas waktu ketika batas waktu tiba kita hanya bisa berdo'a semoga amal kita di dunia menjadi penyelamat dari siksa neraka dan pengiring menuju nikmat surga karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya ketika batas waktu tiba

Akibat Menunda-nunda

Hello guys, udah makan? Kalo belum makan, sok makan dulu gih, karena sesungguhnya makan lebih bermanfaat daripada ngebaca postingan kali ini. Awal bulan kemarin gue terpaksa ngedatengin rumah sakit, bukan karena gue mau ngegodain suster-suster di sana loh, tapi karena gue kena penyakit clavus di kaki dan terpaksa dioperasi ringan. Buat yang ga' tahu apa itu clavus silahkan cari informasi sendiri. Tapi pastiin dulu kalau kalian tahan ngelihat gambar yang ekstrim, dan gue juga ga' bertanggung jawab sama apa yang terjadi pada kalian selanjutnya. Jadi gue udah ngerasa kena penyakit ini sejak kurang lebih 3 bulan lalu, habis gue "asik" jebur-jeburan dan 3 hari dayung kano di Jatiluhur. Tapi berhubung waktu itu belum begitu besar dan ga begitu sakit, gue pun menunda-nunda untuk mengobati penyakit ini. Tapi semakin didiemin penyakit ini kok malah semakin menjadi, ga mau akur. Semakin besar dan menyakitkan, seperti kenangan yang sulit dilupakan. *oposih