Langsung ke konten utama

Percaya pada yang Ga' Mau Dipercaya

"Aku mau kita putus. Titit! Eh, titik!" Siti berteriak di depan Joko.

"Maaf, maaf sayang. Aku janji ga' bakal selingkuh sambil ngupil lagi. Aku janji bakal berubah jadi cowok setia." Joko menjawab sambil memasang muka belum makan 7 hari.

"Aku menyesal sayang, aku sadar kalau kamu memang yang paling spesial." Tambah Joko sambil mengelap air mata yang keluar dari kedua lubang hidungnya.

Siti yang semula kesal dengan kelakuan Joko, sekarang mendadak kasihan. Hatinya tiba-tiba luluh melihat muka Joko yang sudah berubah menjadi abstrak. Perasaan marah karena kelakuan Joko yang berani berselingkuh di belakang punggungnya, tiba-tiba hilang.

Yap, tadi pagi Siti memergoki Joko sedang bermesraan dengan cewek lain di bawah pohon belimbing, untuk ketigabelas kalinya. Iya, ini merupakan perselingkuhan Joko untuk ketigabelas kalinya. Dan yang lebih parah, semua itu dilakukan sambil ngupil.
Siti yang untuk ketigabelas kalinya memergoki Joko berselingkuh, hatinya merasa tersakiti. Dia benar-benar yakin akan memutuskan Joko. Tapi keyakinannya luluh, setelah dia melihat Joko yang memelas-melas minta dikasihani.

"Aku berjanji sayang, aku ga' bakal selingkuh lagi. Ini untuk yang terakhir kalinya." Untuk kesekian kalinya Joko berjanji, sambil menggelesot di permukaan aspal.

"Baiklah, aku mau maafin kamu. Tapi kamu harus janji kamu ga' akan selingkuh lagi." Akhirnya kalimat itu keluar lagi dari mulut Siti.

"Iya sayang, aku janji ga' akan selingkuh lagi. Aku janji akan jadi cowok yang setia." Jawab Joko antusias sambil memasang wajah seperti Spongebob bertemu Patrick.

Joko dan Siti pun kembali merajut hubungan mereka.


*****

Seminggu kemudian . . . . .

"Aku mau kita putus. Titit! Eh, titik!" Siti berteriak di depan Joko.

"Maaf, maaf sayang. Aku janji ga' bakal selingkuh sambil ngupil lagi. Aku janji bakal berubah jadi cowok setia." Joko menjawab sambil memasang muka belum makan 7 hari.

"Aku menyesal sayang, aku sadar kalau kamu memang yang paling spesial." Tambah Joko sambil mengelap air mata yang keluar dari kedua lubang hidungnya.

"Aku berjanji sayang, aku ga' bakal selingkuh lagi. Ini untuk yang terakhir kalinya." Untuk kesekian kalinya Joko berjanji, sambil menggelesot di permukaan aspal.

"Baiklah, aku mau maafin kamu. Tapi kamu harus janji kamu ga' akan selingkuh lagi." Akhirnya kalimat itu keluar lagi dari mulut Siti.

"Iya sayang, aku janji ga' akan selingkuh lagi. Aku janji akan jadi cowok yang setia." Jawab Joko antusias sambil memasang wajah seperti Spongebob bertemu Patrick.

Joko dan Siti pun kembali merajut hubungan mereka.

*****

Yap, Joko akhirnya memang berselingkuh lagi. Berselingkuh untuk keempatbelas kalinya. Dan untuk keempatbelaskalinya Siti memaafkan Joko.

Jadi Siti itu baik banget ya?

Bukan baik, tapi lebih tepatnya bodoh. Iya, Siti memang orang yang baik dan gampang luluh hatinya, hingga dia bisa memberikan kepercayaan pada Joko dengan mudahnya. Sampai-sampai dia ga' sadar kalau sering dibodohin sama Joko.

Emang ga' boleh jadi orang baik?

Bolehlah, masa iya jadi orang baik ga' boleh? Tapi jadi orang baik bukan berarti jadi orang yang dengan mudahnya selalu memberikan kepercayaan pada orang lain, terutama untuk orang yang ga' bisa dipercaya.

Dalam menjalin sebuah hubungan memang diperlukan adanya kepercayaan. Hubungan apapun itu. Baik hubungan percintaan, pertemanan, hubungan kerja, ataupun hubungan lain yang melibatkan lebih dari satu pihak. Tapi memberikan kepercayaan untuk orang lain juga seharusnya ada batasnya. Ga' semua orang bisa dan mau diberikan kepercayaan.

Emang ada orang yang ga' mau diberikan kepercayaan?

Ada, Joko contohnya. Orang seperti Joko merupakan contoh konkrit orang yang ga' mau diberikan kepercayaan. Orang yang sudah diberikan kepercayaan tapi mengkhianati yang dipercayakan, merupakan kata lain dari orang yang ga' mau diberikan kepercayaan.

Jika kita menjalin hubungan dengan seseorang, dan orang lain melakukan kesalahan untuk pertama kali. Kita memang harus memaafkan dan memberikannya kesempatan untuk memperbaiki diri. Toh, ga' ada manusia yang sempurna.

Tapi ketika orang lain mengkhianati kepercayaan yang kita berikan untuk beberapa kali. Kita harusnya bisa berhati-hati untuk memberikan kepercayaan lagi. Karena orang yang mengkhianati kepercayaan berkali-kali itu bukannya mereka ga' bisa dipercaya, tapi mereka ga' mau dipercaya hingga akhirnya mereka dengan sengaja mengkhianati kepercayaan yang kita beri.

Semoga dengan pengalaman Siti yang berkali-kali ditipu, kita bisa mengambil pelajaran untuk berhati-hati memberikan kepercayaan kepada orang lain, terutama untuk mereka yang ga' mau dipercaya.

Komentar

  1. tapi suatu saat nanti joko pasti kena batunya. inget karma itu ada loh.

    kalo aku sih bukan termasuk orang yang pemberi kesempatan lagi kayak siti gitu.
    sekalinya salah oke aku maafin, tapi tidak untuk kesempatan kedua.
    abisnya aku orangnya jarang marah, dan gak gampang kecewa.
    jadi sekalinya kecewa yah... *oke ini curhat*

    BalasHapus
  2. contohnya terlalu konkrit, kalo gue ketemu joko gue gebuk deh pala nya sumpah!! *Kesel*

    siti lagi, baiknya keterlaluan, lugu mah boleh aje, sampe 14 kali mah bukan lugu bego itu namanya, *terlalu fokus ke cerita*

    gue orangnya sensitifan, baik gue dipihak siti maupun joko, hal seperti ini ngga bakalan pernah gue bikin terjadi berulang-ulang.
    masa lalu bukan pigura yang dilihat untuk menangisi yang telah terjadi

    cukup jadikan pembelajaran,
    joko dan siti, ngga pernah mau belajar dari apa-apa yang telah terjadi di masa lalu

    *apa sih ini yang gue tulis*

    BalasHapus
  3. Setuju banget, Siti itu bukannya baik tapi bodoh, bodoh banget malah. Joko udha melakukan kesalahan yang sama berturut-turut dan berturut-turut juga SIti memaafkannya, kalo bukan bodoh apa lagi coba\?

    Biasanya, kalo orang udah sering selingkuh itu bakalan sulit ngeberhentiinnya. Biasanya..

    Emang bener banget, kita ngasih kepercayaan itu bukan buat dimain-mainin.

    BalasHapus
  4. Betul. Hati hati memberi kepercayaan pada orang lain. Kalau udah 14x mah, saya langsung lo gw end-in aja. Haha. Nyakitin itu mah. Gali kuburan sendiri namanya. Udah tahu sakit, masih mau nerima lagi. Ckck

    Semoga jadi pembelajaran untuk langkah ke depannya:)

    BalasHapus
  5. Wah...jangan2 bang Zainal yg jadi Jokonya hehe :D'
    Sadis dah...kalo ada kisah cinta kyk gitu.. di khianati sampe berkali2...wew..

    Tulisan absurd yak... kadang saya ngerutin kening saking absurdnya.. hehe
    Salam kenal yak !!

    BalasHapus
  6. kalau soal percaya, bahkan satu kali pun sudah fatal cuyy...huahahaha...

    but well yeah, manusia tempatnya salah dan lupaaa...sabar ya bang Jok, eh bang Zan..dibuat pelajaran aja ya, udah jangan nangis *cupcup *dijitak *kabooooooooooooooooooooooooor

    BalasHapus
  7. kepercayaan itu memang mahal, banyak sekali jaman sekarang orang yang bener bener dapet dipercayai
    hal kecil aja udah susah , contohnya aja sekarang banyak tikung menikung hahaha pacar temen sendiri di embatss :(

    BalasHapus
  8. Dipercaya jadi "pegawai" di sebuah perusahaan tapi kepergok ternyata pingin jadi wirausaha, trus perusahaan X itu masih ngasih kesempatan. Apa itu termasuk kebodohan perusahaan X??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh aku jawab, mbak?
      Ehm, aku rasa itu gak ada hubungannya sama sekali, mbak. mau jadi apapun, itu hak dari siapapun. Kalo emang udah jadi pegawai tapi ada sedikit keinginan pengen jadi wirausaha, ya tergantung apakah dia masih bisa berjalan di 2 arah menjadi pegawai dan melakoni usahanya itu.

      Kebodohan perusahaan? Aku rasa enggak. Ya itu tadi, itu soal pilihan... setiap orang berhak dong mau jadi pegawai atau memilih jadi wirausaha ;) Kalo seperti itu, seharusnya perusahannya mendukung atau gimana gitu, itu tandanya dia punya pegawai yang visioner dan bermental wirausahawan :D

      Hapus
  9. Kepercayaan itu seperti kaca, kalo pecah pasti bisa disusun lagi, diperbaikin lagi...tapi ya gitu, PASTI ada bekasnya juga ;)

    Kita mah emang udah diharuskan percaya sama Allah aja :D Karna, seperti kata Kak Meyke, manusia itu tempatnya salah dan lupa ;)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memunafikkan Jawaban

" Siti sayang sama Abang kan ?" Joko bertanya dengan manja pada Siti, kekasihnya. " Emmmm, gimana ya Bang ?" jawab Siti manja. " La emang gimana, sayang ga' ?" kali ini Joko memaksa, agak ga sabar. " Emmm, iya iya bang. Masa' engga'?. " Siti akhirnya menyerah. " Oke deh sayang, Abang kerja dulu ya. " pamit Joko sembari menutup telephonnya. Siti menghela nafas, kemudian meletakkan handphone di tas kecilnya. Sedetik kemudian. " Tadi siapa? " tanya seseorang pada Siti. " Oh, biasa sayang, si Joko. " jawab Siti dengan nada manja, kemudian merangkul tangan pria berjenggot panjang dan berkumis lebat yang tadi mengajukan pertanyaan.

Ketika Batas Waktu

terngiang-ngiang di sela waktu dalam kuasa tawa mengisi masa seiring nafas detik berlalu dalam lelah tangis terdengar lemah tak ada yang tahu rahasia Illahi yang hakiki karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya meski semua tahu tiap-tiap umat memiliki batas waktu namun tak ada yang tahu kapan datangnya batas waktu ketika batas waktu tiba kita hanya bisa berdo'a semoga amal kita di dunia menjadi penyelamat dari siksa neraka dan pengiring menuju nikmat surga karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya ketika batas waktu tiba

Akibat Menunda-nunda

Hello guys, udah makan? Kalo belum makan, sok makan dulu gih, karena sesungguhnya makan lebih bermanfaat daripada ngebaca postingan kali ini. Awal bulan kemarin gue terpaksa ngedatengin rumah sakit, bukan karena gue mau ngegodain suster-suster di sana loh, tapi karena gue kena penyakit clavus di kaki dan terpaksa dioperasi ringan. Buat yang ga' tahu apa itu clavus silahkan cari informasi sendiri. Tapi pastiin dulu kalau kalian tahan ngelihat gambar yang ekstrim, dan gue juga ga' bertanggung jawab sama apa yang terjadi pada kalian selanjutnya. Jadi gue udah ngerasa kena penyakit ini sejak kurang lebih 3 bulan lalu, habis gue "asik" jebur-jeburan dan 3 hari dayung kano di Jatiluhur. Tapi berhubung waktu itu belum begitu besar dan ga begitu sakit, gue pun menunda-nunda untuk mengobati penyakit ini. Tapi semakin didiemin penyakit ini kok malah semakin menjadi, ga mau akur. Semakin besar dan menyakitkan, seperti kenangan yang sulit dilupakan. *oposih