Langsung ke konten utama

Setelah Hujan, Tak Selalu Ada Pelangi

"Setelah hujan pasti ada pelangi." Motivator ompong itu mulai bersajak.

"Itu artinya, setelah kesedihan pasti ada keceriaan. Jadi nikmati saja masalahmu, dan tunggu sampai masalahmu selesai dan berubah menjadi berkah." Lanjutnya lagi, seakan menjadi motivator ulung pengobar semangat.

Kutinggalkan acara seminar abal-abal ini, dari tadi hanya bersajak saja. Tak kupedulikan rayuan teman-teman untuk tetap bertahan.

"Telingaku sudah memerah, lihat ini." Jawabku sambil memamerkan telingaku yang benar-benar merah.

Kulangkahkan kaki meninggalkan aula tanpa semangat. Sapaan dari panitia hanya kujawab dengan senyum tipis. Pertanyaan kenapa aku pulang sebelum acara selesai hanya kujawab dengan seringai sesaat.

Langit yang memang sedari tadi mendung, sekarang mulai menitikkan airnya satu persatu seiring satu-persatu langkahku di trotoar.

Kutaruh pantat ini di bangku halte, tepat sebelum gerimis menjadi hujan.

"Beruntung" gumamku sambil menghela nafas.

Kulihat di seberang jalan, dua orang yang berteduh di bawah pohon beringin. Memang lebat, tapi tak seluruhnya melindungi dari hujan. Salah satu tampak menyerah, dan memilih menyeberang untuk berteduh di halte bersamaku. Yang satunya lagi, masih mencoba bertahan berlindung di bawah pohon beringin.

Setelah itu tak ada apa-apa lagi, hanya hujan.

Selintas terpikir kuliah umum yang baru kutinggalkan, Bukan, aku bukan memikirkan isi seminar tadi. Aku hanya memikirkan tentang motivator itu. Betapa mudahnya dia mengucapkan motivasi-motivasi dengan kata-kata indah. Betapa mudahnya dia mengiming-imingi perubahan hidup yang lebih baik tanpa usaha yang berat. Betapa mudahnya dia menjanjikan bahwa masalah akan hilang dengan sendirinya.

Aku mulai ragu, jangan-jangan dia hanya pintar bicara saja. Tanpa pernah mengalami masalah hidup yang sebenarnya.

Ah, sudahlah. Tak ada untungnya juga memikirkan semua itu.

Hujan mulai berhenti, angkot yang kutunggu sudah mendekat. Aku berdiri, kulihat orang yang tadi bertahan di bawah pohon beringin sudah basah kuyup. Pandanganku berputar ke sekitar. Tak kulihat adanya pelangi setelah hujan berhenti, hanya air yang membasahi mata kaki.

Bacan, 7 Desember 2014
untuk mereka yang percaya adanya perubahan yang lebih baik tanpa usaha

Komentar

  1. Nggak ada yang instan di dunia ini. Bikin mie instan aja mesti dimasak dulu. Kadang gue juga sebel mendengar sajak-sajak motivator yang seperti meringankan problema hidup.

    BalasHapus
  2. Ceritanya simpel, tapi itunya lo. Iya! itu.. Dapet banget fillnya. :D

    Seru deh, yang jelas, namanya hidup, yang berusaha adalah yang terbaik.

    BalasHapus
  3. yg pasti masalah tdk akan selesai jika kita g berusaha mencari jln keluar'y,apapun itu ya hrs ada usaha'y,g ada yg dihasilkn tanpa ada'y usaha,setidak'y diumur sy yg 34 thn begitulah yg sy alami,usaha... usaha... berdoa... baru pasrah/tawakkal kpd Allah. ^_^

    BalasHapus
  4. Saya kok ngerasa ini seminar MLM ya? Hehe. Bener ga sih?

    Semangatnya memang berapi-api, berusaha 'menggiring' pikiran pendengar. Tapi ya gitu, kalo udah ngerti & paham bakal bosen dengerinnya.

    BalasHapus
  5. Setelah Hujan, Tak Selalu ada pelangi. namun kita bisa menciptakan pelangi untuk diri sendiri. :D

    cerita simple yg keren banget kak. (y)

    BalasHapus
  6. ngebaca tulisan ini kaya berasa seminar MLM sebuah product bener kata renggo diatas, gue rasa si renggo pernah diprospek nih wkwk..piss..

    Perubahan adanya ketika kita melakukan usaha, kalo engga ada usaha ya engga ada perubahan,

    ketika hujan selesai terus kita tidak melihat pelangi ditempat itu, bukan berarti pelangi itu tidak ada, coba bergerak ke tempat lain, siapa tau ada pelangi ;D hhe

    BalasHapus
  7. owh, ini sih bukan berubah..cuman emang lu pingin nulis dengan feel yang lebih dalam aja jadi segala diksi and the way you write must be different daripada kayak yang dituduh nyopet misalnya. Ini itu ke "tere-liye tere-liye an" gituuuu...bagus sih, udah lu nulis yang model kayak gini aja cuyyy...biar aye aja yang komedii..wekekeke..soalnya aye udah nggak capek nulis dalem mulu, suka kebawa mimpi wahahaha...tapi kependekan keleus...

    BalasHapus
  8. Banyak juga tuh seminar2 yang kaya gini hehe
    Motivator2 memang terlihat mudah saat mengucapkan kata-kata motivasi. Tapi buktinya ? -_-
    Yang jelas kita tetap harus berusaha dan berdo'a. Karena usaha tanpa do'a itu sombong. Dan do'a tanpa usaha itu bohong hehe
    Nice post :D

    BalasHapus
  9. Walaupun post-nya gak panjang tapi dapet intinya nih, hehe.
    Bener tuh kata komen diatas. Di dunia ini gak ada yg instan. Harus ada usaha dulu. Dan jangan lupa, berdoa. :))

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memunafikkan Jawaban

" Siti sayang sama Abang kan ?" Joko bertanya dengan manja pada Siti, kekasihnya. " Emmmm, gimana ya Bang ?" jawab Siti manja. " La emang gimana, sayang ga' ?" kali ini Joko memaksa, agak ga sabar. " Emmm, iya iya bang. Masa' engga'?. " Siti akhirnya menyerah. " Oke deh sayang, Abang kerja dulu ya. " pamit Joko sembari menutup telephonnya. Siti menghela nafas, kemudian meletakkan handphone di tas kecilnya. Sedetik kemudian. " Tadi siapa? " tanya seseorang pada Siti. " Oh, biasa sayang, si Joko. " jawab Siti dengan nada manja, kemudian merangkul tangan pria berjenggot panjang dan berkumis lebat yang tadi mengajukan pertanyaan.

Ketika Batas Waktu

terngiang-ngiang di sela waktu dalam kuasa tawa mengisi masa seiring nafas detik berlalu dalam lelah tangis terdengar lemah tak ada yang tahu rahasia Illahi yang hakiki karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya meski semua tahu tiap-tiap umat memiliki batas waktu namun tak ada yang tahu kapan datangnya batas waktu ketika batas waktu tiba kita hanya bisa berdo'a semoga amal kita di dunia menjadi penyelamat dari siksa neraka dan pengiring menuju nikmat surga karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya ketika batas waktu tiba

Akibat Menunda-nunda

Hello guys, udah makan? Kalo belum makan, sok makan dulu gih, karena sesungguhnya makan lebih bermanfaat daripada ngebaca postingan kali ini. Awal bulan kemarin gue terpaksa ngedatengin rumah sakit, bukan karena gue mau ngegodain suster-suster di sana loh, tapi karena gue kena penyakit clavus di kaki dan terpaksa dioperasi ringan. Buat yang ga' tahu apa itu clavus silahkan cari informasi sendiri. Tapi pastiin dulu kalau kalian tahan ngelihat gambar yang ekstrim, dan gue juga ga' bertanggung jawab sama apa yang terjadi pada kalian selanjutnya. Jadi gue udah ngerasa kena penyakit ini sejak kurang lebih 3 bulan lalu, habis gue "asik" jebur-jeburan dan 3 hari dayung kano di Jatiluhur. Tapi berhubung waktu itu belum begitu besar dan ga begitu sakit, gue pun menunda-nunda untuk mengobati penyakit ini. Tapi semakin didiemin penyakit ini kok malah semakin menjadi, ga mau akur. Semakin besar dan menyakitkan, seperti kenangan yang sulit dilupakan. *oposih