Langsung ke konten utama

Resolusi Menulis

"Nal, apa resolusi lo di tahun 2015?" Tanya salah satu teman gue di awal tahun kemarin, lewat chat bbm.

"Resolusi? Apaan tuh? Makanan yang bentuknya lonjong itu?"

"Itu resoles kampret, resolusi itu yang buat nempel-nempel kertas." Teman gue mencoba nerusin plesetan.

"Oh." Bales gue singkat, yang langsung di endchat sama teman gue.

*****

Jujur, kalau ditanya resolusi apa di tahun 2015 gue ga begitu ngeh. Bukan apa-apa sih, karena gue sendiri sebenernya ga pernah nyusun rencana di awal tahun. Lebih seringnya gue nyusun rencana ketika gue pengen aja, entah itu di awal bulan, di tengah bulan, bahkan pas datang bulan. *maksudnya pas bulannya nongol di langit. Jadi ga harus pas awal tahun.

Tapi toh ga ada salahnya gue nyomot salah satu harapan yang sebenernya udah dari dulu gue cita-citain, tapi belum terlaksana sampai sekarang. Yap, harapan terbesar gue yang belum kesampaian adalah menerbitkan tulisan dalam bentuk buku. Itu merupakan harapan terbesar setelah harapan gue pindah kerja ke tempat yang deket rumah, dan harapan gue untuk buka usaha sendiri.

Balik lagi ke harapan gue untuk menerbitkan tulisan dalam bentuk buku, yang selanjutnya gue sebut resolusi menulis. Berhubung gue seorang blogger, dimana blogger itu tugasnya adalah ngeblog, dan menulis merupakan salah satu aktifitas terbesar blogger. Dan demi melihat dan mendengar temen-temen gue sesama blogger yang sudah menelurkan karya berbentuk buku, gue jadi pengen punya karya seperti itu.

Coba bayangin, gue main ke toko buku. Bukan buat numpang baca gratisan loh, tapi buat nyari referensi bacaan. *ok, bahasanya cuma sedikit elit. Secara ga sengaja gue sampai di rak yang jual buku gue, dan buku itu ada foto gue sebagai penulis. Dan di sana ada cewek cakep lagi baca buku gue. Mungkin percakapan yang terjadi seperti ini.

Gue  : *ehem "Bukunya bagus ya."

Dia   : "Iya, lumayan bagus covernya."

Gue  : "Kalau isinya?"

Dia   : "Lumayan, lumayan surem."

Gue  : *ngelus dada, dada gue sendiri lo! "Yang nulis siapa tuh?"

Dia   : "Ga tahu nih, penulis baru sepertinya. Ada fotonya nih."

Gue  : "Cakep ga."

Dia   : "Lumayan cakep."

Gue  : "Mirip saya ga."

Dia   : "Mirip mas, jangan-jangan masnya yang nulis ya?"

Gue  : "Hehehe, iya. Mau minta tanda tangan?"

Dia  : "Ga' ah mas. Saya cuma numpang baca di sini. Kalau ditandatangani nanti saya disuruh beli bukunya."

Gue  : *speechless

Yap, mungkin begitulah kira-kira percakapan yang terjadi. Mungkin agak absurd, tapi ya sudahlah.

Tapi apapun itu pasti ada rasa bangga ketika tulisan gue bisa diterbitin dalam bentuk buku. Tapi berhubung gue masih blogger bau kencur, berhubung gue baru aja minum jamu beras kencur, salah satu cara pemula agar tulisannya bisa dibukukan dan gratis, sekaligus nyari nama adalah dengan cara nulis bareng-bareng yang diadakan dalam suatu event ataupun ikutan lomba nulis.

Dan berhubung gue belum pernah ikutan yang kayak gini, gue mencoba bertanya sama teman yang biasa ikutan. Berhubung dia orangnya baik, dia langsung ngasih link rekomendasi suatu event yang sekiranya cocok buat gue ikuti. Tapi setelah gue buka link yang dia kasih, rasanya gue pengen nimpuk temen gue pakai iphone 6. Bukan karena dendam sih, tapi karena link yang dikasih temen gue merupakan link lomba nulis "Berbagi Pengalaman Selama Mengandung".

Apapun itu, mungkin menerbitkan tulisan dalam bentuk buku merupakan salah satu harapan terbesar gue yang belum kesampaian. Semoga aja, dengan diiringi tekat, do'a, dan usaha yang keras, harapan gue ini bisa terwujud di tahun 2015 ini.

Komentar

  1. Ngomongin resolusi emang ga ada habisnya. Ada yang bilang resolusi cuma basa-basi. Tapi ada serius juga sih. Berawal dari punya resolusi (sebenernya lebih tepat disebut niat) buat ini-itu, pada akhirnya kesampaian juga.

    Semoga bisa segera nerbitin buku ya, bro. Aamiin.

    BalasHapus
  2. itu percakapan sama ceweknya bneran kejadian nggak hehehehe...
    Jujur aja aku juga punya resolusi yang mirip sama kamu, bro.... semangat ya buat resolusinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. yah, mungkin bisa kejadian nyata suatu saat nanti
      ok, mari berjuang bersama

      Hapus
  3. Wah abis baca ini gue jadi punya resolusi juga.. Wahahah pengen nulis buku juga.. Ya mungkin dalam bentuk antologi dulu. Ya walaupun rame-rame yg penting nama gue ada di buku. Hahaha

    Semoga resolusinya terwujud yo.. Masih awal tahun, masih banyak waktu. :D

    BalasHapus
  4. Hahaha, anjir, ngakak gue. Yang percakapan sama yang lomba itu. :D
    Semoga resolusinya terkabul broh dan semoga kita bisa jadi penulis buku best-seller. Aamiin. :)

    BalasHapus
  5. Semoga resolusinya tercapai. Dan coba dulu rekomendasi dari temenmu yang tentang pengalaman selama mengandung, kali aja bisa menang, kan lumayan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin. iya ya, nanti gue curhat2an sm kucing dulu

      Hapus
  6. Ga ada salahnya sih mencoba untuk menulis yang lebih baik dan menerbitkan sebuah buku. Tapi kan memang butuh perjuangan dan prosesnya gak pendek. Jadi, tetap semangat, ya! :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memunafikkan Jawaban

" Siti sayang sama Abang kan ?" Joko bertanya dengan manja pada Siti, kekasihnya. " Emmmm, gimana ya Bang ?" jawab Siti manja. " La emang gimana, sayang ga' ?" kali ini Joko memaksa, agak ga sabar. " Emmm, iya iya bang. Masa' engga'?. " Siti akhirnya menyerah. " Oke deh sayang, Abang kerja dulu ya. " pamit Joko sembari menutup telephonnya. Siti menghela nafas, kemudian meletakkan handphone di tas kecilnya. Sedetik kemudian. " Tadi siapa? " tanya seseorang pada Siti. " Oh, biasa sayang, si Joko. " jawab Siti dengan nada manja, kemudian merangkul tangan pria berjenggot panjang dan berkumis lebat yang tadi mengajukan pertanyaan.

Ketika Batas Waktu

terngiang-ngiang di sela waktu dalam kuasa tawa mengisi masa seiring nafas detik berlalu dalam lelah tangis terdengar lemah tak ada yang tahu rahasia Illahi yang hakiki karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya meski semua tahu tiap-tiap umat memiliki batas waktu namun tak ada yang tahu kapan datangnya batas waktu ketika batas waktu tiba kita hanya bisa berdo'a semoga amal kita di dunia menjadi penyelamat dari siksa neraka dan pengiring menuju nikmat surga karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya ketika batas waktu tiba

Akibat Menunda-nunda

Hello guys, udah makan? Kalo belum makan, sok makan dulu gih, karena sesungguhnya makan lebih bermanfaat daripada ngebaca postingan kali ini. Awal bulan kemarin gue terpaksa ngedatengin rumah sakit, bukan karena gue mau ngegodain suster-suster di sana loh, tapi karena gue kena penyakit clavus di kaki dan terpaksa dioperasi ringan. Buat yang ga' tahu apa itu clavus silahkan cari informasi sendiri. Tapi pastiin dulu kalau kalian tahan ngelihat gambar yang ekstrim, dan gue juga ga' bertanggung jawab sama apa yang terjadi pada kalian selanjutnya. Jadi gue udah ngerasa kena penyakit ini sejak kurang lebih 3 bulan lalu, habis gue "asik" jebur-jeburan dan 3 hari dayung kano di Jatiluhur. Tapi berhubung waktu itu belum begitu besar dan ga begitu sakit, gue pun menunda-nunda untuk mengobati penyakit ini. Tapi semakin didiemin penyakit ini kok malah semakin menjadi, ga mau akur. Semakin besar dan menyakitkan, seperti kenangan yang sulit dilupakan. *oposih