Langsung ke konten utama

Antara Konvoi, Arogansi, dan Toleransi

Sebulan yang lalu, tepatnya tanggal 15 Agustus 2015 santer diberitakan tentang adanya pengendara sepeda menghadang rombongan motor gede yang sedang konvoi di Jogja. Setelah ditelurusi lebih lanjut, ternyata pengendara sepeda yang melakukan penghadangan adalah seorang aktivis, dan bukan sekedar orang lewat yang iseng-iseng kurang kerjaan terus melakukan aksi penghadangan motor gede yang sedang konvoi.

Pun konvoi yang dilakukan para rider moge juga bukan konvoi geng motor, yang cuma bikin rusuh dan bikin onar di jalan. Toh nyatanya konvoi moge ini mendapatkan pengawalan dari pihak kepolisian kok.
Gambarnya Bang Azer

Lepas dari mana yang benar dan mana yang kurang sesuai, gue cuma mau menyikapi dan menanggapi dari sudut pandang gue sebagai masyarakat biasa, yang awam masalah hukum.

Selama ini, gue sering memandang kalau konvoi ataupun iring-iringan merupakan salah satu kegiatan yang disisipi arogansi di dalamnya, entah itu besar ataupun kecil. Mungkin itu juga yang membuat gue kurang suka sama yang namanya konvoi ataupun iring-iringan yang "memakan" hak orang lain. Gue sering kesel ketika pas gue naik motor di jalan dengan kondisi ga' terlalu lancar dan entah dari arah berlawanan, dari arah belakang, atau arah persimpangan muncul konvoi atau iring-iringan yang "meminta ijin" untuk didahulukan lewat. Terlebih lagi kalau pengendaranya menggunakan kendaraan yang mengganggu kenyamanan, asepnya banyak, atau bising misalnya. Udah minta lewat duluan, ganggu kenyamanan lagi.

Beda halnya kalau yang lewat itu ambulans, mobil pemadam kebakaran, ataupun kendaraan lain yang membutuhkan tepo seliro dan kita memang ikhlas jika mereka lewat terlebih dahulu, karena memang menyangkut hajat hidup orang lain, gue dengan senang hati memberikan jalan agar mereka bisa lewat terlebih dahulu.

Tapi kalau konvoi ataupun iring-iringan, gue ngerasa belum ikhlas kalau mereka diprioritaskan lewat terlebih dahulu, apalagi sampai memakan hak pengendara lain. Jangankan konvoi, kendaraan pejabat negara saja gue kadang masih mangkel, apalagi kalau kondisinya gue lagi terburu-buru.

Yah, mungkin karena memang ga' dalam posisi gue yang dikawal, kalau gue yang dikawal mah gue selow aja. Menikmati kawalan tanpa kemacetan. Urusan gue cepet beres, dan gue bisa lebih lama santai-santai.

Dari dua sisi itu bisa dilihat perbedaan, mana yang sebenernya "dirugikan". Apalagi jika konvoinya diikuti sama ratusan, bahkan ribuan kendaraan. Bukan mengganggu lagi, tapi ya ngamburadul sistem lalu lintas dan juga jadwal orang lain.

Mungkin kalau gue mencoba memposisikan diri sebagai orang yang "butuh" pengawalan, gue harus bisa menimbang-nimbang lagi seberapa penting posisi dan urusan gue menyangkut kepentingan orang banyak hingga gue akhirnya memutuskan butuh pengawalan. Dari situ juga bersikap bagaimana caranya agar ga' terkesan arogan, dan menang sendiri, meskipun memang urusannya sangat penting.

Jikapun konvoi itu melibatkan banyak kendaraan, yang sekiranya akan "mengacaukan" sistem lalu lintas, ya sebaiknya dibagi jadi beberapa grup. Seperti kasus konvoi di Jogja misalnya, para pengendara moge beralasan jika mereka harus hadir di beberapa acara yang terpisah di beberapa tempat, jadi mereka membutuhkan pengawalan agar acara mereka bisa lancar dan tepat waktu. La pengendara lain? -__-

Seumpama memang acaranya di banyak tempat dan diikuti banyak kendaraan, sebaiknya kan dibagi beberapa grup di beberapa tempat. Dengan begitu acara bisa tetap dilaksanakan dan juga tidak terlalu mengganggu hak pengendara lain.

Jika haknya tidak terlalu diganggu, mungkin pengendara lain juga lebih bisa mengerti dan lebih bisa bertoleransi. Serta bisa menekan sifat "arogansi" yang mungkin bisa muncul dari pihak konvoi.

Setidaknya memang harus ada yang mengerti, pun yang dimengerti juga harus lebih bisa menghargai. Bukan melulu tentang arogansi, tapi lebih ke toleransi.

NB: tulisan kali ini emang sengaja telat diposting, biar adem dulu. *ngeles

Komentar

  1. Hehe... emang aku juga kurang setuju sama konvoi moge yg kemaren...
    masuk tipi... mana marah2 lagi si pengendara mogenya *ada artis juga...

    Tapi untung udah damai tuh si pengendara moge sm aktivisnya... mudah2an kedepannya ga ada konvoi lagi... maksudnya konvoi yg ga penting kek konvoi moge kemaren...

    BalasHapus
  2. Konvoi mah, emang sering banget bikin gue bilang "kok kamfret, ya. Dama2 bayar pajak, lampu merahpun mereka serobot." Hadeh....

    Entahlah, yg paling gue herankan ya sikap mereka dgn egoisnya mementingkan urusan mereka tanpa melihat berapa orang yg telah dikorbankan gegara ulah mereka. Jujur, gue kecewa sama tingkat keamanan yg dikawal begitu. Kalo presiden sekalipun, pake kendaraan tanpa pengawalan yg merusak hal orang lainkan, malah gak jadi tatapan banyak mata. Mungkin misi orang konvoi dengan pengawalan adalah Mencari Perhatian Orang Lain...

    BalasHapus
  3. saya pernah ikut konvoi. pas 1 mei kemarin menyangkut hari buruh

    ya, ngerasa jadi raja sih karena itu jalan dikuasai sama orang konvoi. tapi ya itu, ngerasa gk enak juga dan udh mikirin gimana tanggapan orang yang terhalangi.

    BalasHapus
  4. Apalagi namanya kalo bukan arogansi. Daripada konvoi gak jelas kayak gitu, mending buat kegiatan sosial ya kan

    BalasHapus
  5. Inilah salah satu hal yg menyebabkan kenapa Indonesia ga maju-maju. Sementara negara lain udah sibuk mencari sumber energi alternatif dan ekspedisi ke luar angkasa, rakyat Indonesia masih sibuk berantem sendiri. Gua ga mau nunjuk siapa yg bener, siapa yg salah, tapi ya kalo hal kecil kayak gini aja masih bisa bikin heboh dalam skala nasional, berarti emang negara kita ini rakyatnya masih kurang maju pikirannya, masih egois, masih mementingkan kepentingan pribadi atau golongannya saja.

    Ga aneh kan, banyak generasi muda Indonesia yg punya potensi luar biasa, yg akhirnya memilih untuk tinggal dan berkarya di luar negeri. Kenapa? Lah wong Indonesia belum pengen maju, masih sibuk saling sikut dan saling menjatuhkan dengan sesama saudara sendiri. Cape deh.

    BalasHapus
  6. Emang sih konvoi semacam itu bikin gue KZL juga, pernah sekali gue di klakson dari belakang sama konvoi gitu tapi gak tau itu apaan, yg gue tau cuma ada sepeda motor banyak gitu ajah. dan akhirnya dengan berat hati gue menepi dulu, emang jalanan ngak luas agak rame.. tapi kasus d jogja kemaren mungkin wujud kekesalan yang udah memuncak.

    gue pernah sih konvoi atau lebih tepatnya touring, waktu itu mau ke semarang. satu rombongan ngak ada yang mecah jalan, jadi kena macet2 semua. dan ujung2nya kita saling tunggu biar gak ada yg ketinggalan.

    kalo gue ada iringan mobil pejabat atau polisi biasanya gue ngikut di belakangnya sih :D dan menghayal seperti gue yang di kawal mereka :D

    BalasHapus
  7. Aku juga gak setuju kalo ada rombongan kayak gitu apalagi mesti dikawal pakai polisi segala. Emang hak mereka pakai jalan umum, tapi perhatikan orang lain juga. Biasanya mereka mesti bunyikan klakson keras-keras biar semua minggir lalu dia lewat.

    Semoga nanti semua bisa saling ngerti lah kalo jalan bukan hanya punya moge doang, tapi punya bersama.

    BalasHapus
  8. gue angkat tangan deh, gak tau mesti komen apa, yang yang kaya gitu suka enggak benci juga enggak sih,

    BalasHapus
  9. Iya, gue juga suka kesel.untung belum pernah disalip sama moge huehehehe..tpi emang gitu sih ya, ganggu banget kayak jalan milik sendiri..tpi orng kayak kita mah bisa apa, cuman remah remah roti mari doang..kan syedih....

    BalasHapus
  10. setujulah! aku juga suka kesel kalo ada konvoi-konvoi gitu. Apalagi kalo pada sengaja mainin klaksonnya, bikin tambah berisik :(

    BalasHapus
  11. buenerrrr bangett.. paling bikin kesel tuh kalo klaksonnya yg gak berenti2 itu loh.. emang penting gitu kita ngasi jalan buat dia duluan... klo ambulan sih gpp...

    itu kan udah gak di ragukan lagi, buat apa konvoi klo bukan buat pamer. ini loh moge guee... gitu... ih sebel deh pokoknya klo ada yg konvoi2 gitu... aapalgi yg moge... gak jelas juntrungnya tujuan mrk konvoi itu apa. ya pasti pamer kan..

    klo konvoi demo sih masi mendng, atau konvoi supporter sepak bola. masih jelas tujuannya

    BalasHapus
  12. Kalau lagi tenang di jalan terus ada yang konvoi rasanya kaget banget! Tau-tau aja ada sirine dan... wuzzzzz, motor/mobil beriringan menyerobot jalan. Aduh x'D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memunafikkan Jawaban

" Siti sayang sama Abang kan ?" Joko bertanya dengan manja pada Siti, kekasihnya. " Emmmm, gimana ya Bang ?" jawab Siti manja. " La emang gimana, sayang ga' ?" kali ini Joko memaksa, agak ga sabar. " Emmm, iya iya bang. Masa' engga'?. " Siti akhirnya menyerah. " Oke deh sayang, Abang kerja dulu ya. " pamit Joko sembari menutup telephonnya. Siti menghela nafas, kemudian meletakkan handphone di tas kecilnya. Sedetik kemudian. " Tadi siapa? " tanya seseorang pada Siti. " Oh, biasa sayang, si Joko. " jawab Siti dengan nada manja, kemudian merangkul tangan pria berjenggot panjang dan berkumis lebat yang tadi mengajukan pertanyaan.

Ketika Batas Waktu

terngiang-ngiang di sela waktu dalam kuasa tawa mengisi masa seiring nafas detik berlalu dalam lelah tangis terdengar lemah tak ada yang tahu rahasia Illahi yang hakiki karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya meski semua tahu tiap-tiap umat memiliki batas waktu namun tak ada yang tahu kapan datangnya batas waktu ketika batas waktu tiba kita hanya bisa berdo'a semoga amal kita di dunia menjadi penyelamat dari siksa neraka dan pengiring menuju nikmat surga karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya ketika batas waktu tiba

Akibat Menunda-nunda

Hello guys, udah makan? Kalo belum makan, sok makan dulu gih, karena sesungguhnya makan lebih bermanfaat daripada ngebaca postingan kali ini. Awal bulan kemarin gue terpaksa ngedatengin rumah sakit, bukan karena gue mau ngegodain suster-suster di sana loh, tapi karena gue kena penyakit clavus di kaki dan terpaksa dioperasi ringan. Buat yang ga' tahu apa itu clavus silahkan cari informasi sendiri. Tapi pastiin dulu kalau kalian tahan ngelihat gambar yang ekstrim, dan gue juga ga' bertanggung jawab sama apa yang terjadi pada kalian selanjutnya. Jadi gue udah ngerasa kena penyakit ini sejak kurang lebih 3 bulan lalu, habis gue "asik" jebur-jeburan dan 3 hari dayung kano di Jatiluhur. Tapi berhubung waktu itu belum begitu besar dan ga begitu sakit, gue pun menunda-nunda untuk mengobati penyakit ini. Tapi semakin didiemin penyakit ini kok malah semakin menjadi, ga mau akur. Semakin besar dan menyakitkan, seperti kenangan yang sulit dilupakan. *oposih