Langsung ke konten utama

Menaikkan Harga Jual

Kok judulnya "Menaikkan Harga Jual"? mau beralih jadi blog ekonomi ya?

Tenang-tenang, jangan panik. Karena sesungguhnya Jakarta masih jadi Ibu Kota Negara Indonesia. Pertama-tama coba lihat gambar di bawah :


Makanan yang cukup familiar bagi orang Jawa. Dengan sayur, toge, sambel kacang, sama peyek. *mulai lapar, mulai lapar.

Dengan harga yang relatif murah, kita bisa dapat makanan yang sehat dan bergizi tinggi. Apalagi buat yang suka masak, pecelnya bisa ditambahin sama ati ayam, tempe kecap, tahu isi, tahu gembus, ataupun mendoan. *gue ngiler beneran.
Sekarang coba lihat gambar di bawah :


Loh? Bukannya sama? Tapi kok beda nama sama harga?
Kalau gitu, coba kita gabungin.


Iya kan sama persis. Tapi kok lain namanya sama harganya juga beda?

Gambar di atas gue dapat dari teman gue, jujur gue ga tau dia dapat darimana. Ada sourcenya tapi ga kebaca. Pas pertama lihat gambar di atas gue ketawa. Terus gue nyari tahu, nyari tahu gimana cara bikin pecel yang enak. Hehehe.

Habis tahu cara bikin pecel yang enak gue lalu mikir, ternyata semudah itu menaikkan kelas dan harga dari suatu barang. Dengan cuma sekedar mengganti namanya yang semula bernama PECEL dijadiin JAVANESE SALAD WITH PEANUT SAUCE, makanan berkelas ndeso bisa jadi makanan berkelas internasional. Ketika kelasnya naik dari makanan ndeso ke makanan kelas internasional, maka pangsa pasarnya juga berbeda dan harga jualnya juga ikutan naik.

Serupa tapi tak sama. Sebenarnya kita juga punya potensi untuk menaikkan harga jual kita. Tapi ga dengan ganti nama juga, misal namanya Siti, terus biar berkelas internasional diganti jadi City. Itu namanya bukan menaikkan harga jual, tapi malah . . . . . . ga tega gue ngomongnya.

Eitsss, tunggu dulu. Harga jual di sini bukan berarti nanti kalian bakal dijual ya. Harga jual di sini maksudnya standar atau kualitas kalian, bisa juga dianalogikan seberapa tinggi derajat kalian di mata orang lain. *opo sih?

Emang perlu nal? Bukannya lebih baik jadi diri sendiri? 

Iya perlu lah, emang lebih baik mana antara jadi diri sendiri yang biasa-biasa saja, sama jadi diri sendiri yang dipandang orang lain? Selain itu kualitas diri juga emang penting, orang yang punya harga jual atau kualitas tinggi tentu lebih diperhitungkan daripada orang dengan kualitas biasa-biasa aja kan? Selain itu orang yang punya kualitas tinggi juga lebih dekat sama kesuksesan.

Terus gimana caranya biar kita bisa menaikkan harga jual kita? Sebenarnya ada beberapa teori.

Yang pertama dengan melihat dan mengembangkan potensi diri yang sebenarnya.

Sebagian besar dari kita ga sadar betul potensi sebenarnya dari diri kita. Misalnya nih, orang yang hobi masak dan masakannya emang enak. Tapi karena ga sadar akan potensi yang sebenarnya, dia malah sekolah di Teknik Mesin. Kan ga mungkin masak mesin. Coba kalau dia sekolah di Tata Dado, eh Tata Boga maksudnya, bukan mustahil kualitasnya sebagai seorang koki akan lebih tinggi dan dia lebih sukses menjadi seorang chef terkenal, daripada seorang mekanik yang biasa-biasa saja.

Yang kedua, dengan kerja keras dan bersungguh-sungguh.

Ga ada orang yang sempurna, dan ga semua orang punya potensi atau bakat alami. Tapi ketika kita bekerja keras dan bersungguh-seungguh menjalankan dunia yang telah kita masuki, maka standar atau kualitas diri kita akan naik. Misalnya orang yang emang dari lahir ga punya bakat apa-apa, dia memutuskan masuk ke dunia ekonomi. Dia emang bakal kalah start dibanding teman-temannya yang emang dari bayi udah seneng ngitung biji semangka. Tapi karena kerja keras dan kesungguhannya, akhirnya dia bisa memiliki kualitas di atas teman-temannya.

Yang ketiga, dengan menggabungkan bakat sama dunia yang kita geluti.

Misalnya kasus orang pertama, yang hobi masak, tapi masuk ke sekolah Teknik Mesin. Dia kan ga mungkin masak mesin. Cara yang ampuh agar dia bisa menaikan kualitas dirinya yaitu dengan menggabungkan bakat yang dia miliki sama dunia yang dia geluti. Misalnya nih, dia hobi masak dan sekolah di Teknik Mesin, dia bisa aja menggabungkan keduanya seperti misalnya dia bisa bikin mesin buat masak.

Yang keempat, dengan berpikir kreatif.

Istilah kerennya dengan berpikir di luar kotak, ga selalu mikirin yang ada di dalam kotak. Orang yang bisa berpikir kreatif seperti ini emang kadang sulit, Tapi ketika seseorang sudah bisa berpikir di luar kotak, dia bisa menaikkan kualitas dirinya.

Yap, sesimple itu teorinya. Tapi praktiknya ga semudah teori. Dan semua itu butuh proses, ga terjadi dalam satu malam, serta harus terus menerus diasah. Agar kualitas diri juga semakin tinggi.

Daripada menunggu keberuntungan membawa kesuksesan yang ga pasti juga datangnya. Lebih baik meningkatkan kualitas diri untuk menjemput kesuksesan.

Oh ya, kalau kalian punya cara lain yang unik buat menaikkan harga jual atau kualitas diri, silahkan dibagikan di kotak komentar ya.

Komentar

  1. Weh artikel tentang "Branding". ngomong2 tentang potensi, kerja keras, bakat, dan kreativitas ada quote yg menggambarkan semua "Tidak akan suatu potensi menjadi prestasi tanpa persistensi". :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, gue juga percaya itu
      dan gue denger quote itu pertama kali dari film kartun :D

      Hapus
  2. hahhahaaa.. cakep cakepp.. cerdassss like it JAVANESE SALAD WITH PEANUT SAUCE :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, iya
      salah satu trik menaikkan harga jual barang :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memunafikkan Jawaban

" Siti sayang sama Abang kan ?" Joko bertanya dengan manja pada Siti, kekasihnya. " Emmmm, gimana ya Bang ?" jawab Siti manja. " La emang gimana, sayang ga' ?" kali ini Joko memaksa, agak ga sabar. " Emmm, iya iya bang. Masa' engga'?. " Siti akhirnya menyerah. " Oke deh sayang, Abang kerja dulu ya. " pamit Joko sembari menutup telephonnya. Siti menghela nafas, kemudian meletakkan handphone di tas kecilnya. Sedetik kemudian. " Tadi siapa? " tanya seseorang pada Siti. " Oh, biasa sayang, si Joko. " jawab Siti dengan nada manja, kemudian merangkul tangan pria berjenggot panjang dan berkumis lebat yang tadi mengajukan pertanyaan.

Ketika Batas Waktu

terngiang-ngiang di sela waktu dalam kuasa tawa mengisi masa seiring nafas detik berlalu dalam lelah tangis terdengar lemah tak ada yang tahu rahasia Illahi yang hakiki karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya meski semua tahu tiap-tiap umat memiliki batas waktu namun tak ada yang tahu kapan datangnya batas waktu ketika batas waktu tiba kita hanya bisa berdo'a semoga amal kita di dunia menjadi penyelamat dari siksa neraka dan pengiring menuju nikmat surga karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya ketika batas waktu tiba

Akibat Menunda-nunda

Hello guys, udah makan? Kalo belum makan, sok makan dulu gih, karena sesungguhnya makan lebih bermanfaat daripada ngebaca postingan kali ini. Awal bulan kemarin gue terpaksa ngedatengin rumah sakit, bukan karena gue mau ngegodain suster-suster di sana loh, tapi karena gue kena penyakit clavus di kaki dan terpaksa dioperasi ringan. Buat yang ga' tahu apa itu clavus silahkan cari informasi sendiri. Tapi pastiin dulu kalau kalian tahan ngelihat gambar yang ekstrim, dan gue juga ga' bertanggung jawab sama apa yang terjadi pada kalian selanjutnya. Jadi gue udah ngerasa kena penyakit ini sejak kurang lebih 3 bulan lalu, habis gue "asik" jebur-jeburan dan 3 hari dayung kano di Jatiluhur. Tapi berhubung waktu itu belum begitu besar dan ga begitu sakit, gue pun menunda-nunda untuk mengobati penyakit ini. Tapi semakin didiemin penyakit ini kok malah semakin menjadi, ga mau akur. Semakin besar dan menyakitkan, seperti kenangan yang sulit dilupakan. *oposih