Langsung ke konten utama

Postingan

Sikap Move On

Joko hanya bisa terpaku, mulutnya terbuka lebar selebar daun kelor. Matanya melotot seakan ga percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Jantungnya berdetak kencang, ga beraturan. Eitss, Joko bukan melihat sesosok kuntilanak terbang. Joko melihat sesuatu yang lebih menakutkan lagi. Joko melihat sesosok Man-Tan (baca: mantan). Kalau dilihat persuku kata, definisi mantan adalah : man (manusia laki-laki) dan tan (berwarna kecoklatan), jadi mantan adalah manusia laki-laki yang berwarna kecoklatan. *ok, gue mulai ngaco Jadi Joko barusan ngelihat mantan pacarnya sedang jalan-jalan di mall, dan yang lebih serem lagi mantannya udah gandeng cowok baru dengan mesranya. Dan Joko yakin banget kalau cowok itu bukan ayahnya, adiknya, kakaknya, apalagi pembantu mantannya. Cowok itu adalah pacar baru mantannya. Sebulan yang lalu Joko masih berstatus pacaran dengan Siti, teman satu jurusan tapi beda kampus. Hubungan keduanya sudah berjalan cukup lama, hampir 5 hari. Joko sangat menyayan...

Pertimbangan Untuk Membubarkan KPK

Untuk kesekian kalinya Komisi Pemberantasan Korupsi atau yang lebih sering disingkat KPK bersinggungan dengan Polri. Hal ini memperpanjang sejarah ketidakharmonisan antara keduanya, hingga menimbulkan Cicak versus Buaya jilid 3. Semoga saja cerita perselisihan antara keduanya ga berlanjut dan menimbulkan jilid-jilid yang lain. Bukan kenapa-kenapa sih, gue cuma takut nanti sinetron PPT bisa kalah tersaingi jumlah jilidnya. Tapi terlepas dari masalah Cicak versus Buaya, sebenarnya gue ga begitu setuju dengan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Hal ini dikarenakan beberapa pertimbangan-pertimbangan yang gue lihat dari kacamata minus tiga yang gue pakai, Dan pertimbangan-pertimbangan ini bisa dijadikan alasan pembubaran KPK. Dahulu Indonesia merupakan salah satu negara terkorup dengan jumlah koruptor yang sangat banyak. Hal ini menyebabkan nama Indonesia menjadi dikenal banyak orang dari luar negeri. Dari yang awalnya ga tahu, bisa jadi tahu dan penasaran di man...

Resolusi Menulis

" Nal, apa resolusi lo di tahun 2015?" Tanya salah satu teman gue di awal tahun kemarin, lewat chat bbm. " Resolusi? Apaan tuh? Makanan yang bentuknya lonjong itu? " " Itu resoles kampret, resolusi itu yang buat nempel-nempel kertas. " Teman gue mencoba nerusin plesetan. " Oh. " Bales gue singkat, yang langsung di endchat sama teman gue. ***** Jujur, kalau ditanya resolusi apa di tahun 2015 gue ga begitu ngeh. Bukan apa-apa sih, karena gue sendiri sebenernya ga pernah nyusun rencana di awal tahun. Lebih seringnya gue nyusun rencana ketika gue pengen aja, entah itu di awal bulan, di tengah bulan, bahkan pas datang bulan. *maksudnya pas bulannya nongol di langit . Jadi ga harus pas awal tahun.

Pengalaman Nekat ke Bunaken

Pertengahan Januari kemarin gue iseng-iseng main ke Manado. Tujuan utamanya ya ke Bunaken, tapi berhubung cuaca yang ga begitu mendukung sebenernya gue ga begitu berharap. Yang penting bisa ketemu temen dan mbak-mbaknya yang katanya cakep-cakep. Gue mendarat bebas di Bandara Sam Ratulangi hari Sabtu kira-kira jam setengah satu siang. Yap, gue memilih hari Sabtu karena gue ga mau ngeganggu hari kerja temen yang sekiranya mau gue repotin kunjungi. Tapi ternyata hari Sabtu itu temen gue ada acara dadakan di kantornya, jadinya ya gue baru bisa jalan-jalan malam hari sekedar ngelihat dan makan di Boulevardnya Manado. Di sana gue memilih makan Ayam Goreng Sambal Balado, yang bikin gue agak nyesel. Karena pedesnya di belakang, yang bikin kontraksi di perut gue berkelanjutan. Hari Minggu pagi, acara sebenernya pun dimulai. Gue sama beberapa temen nekat ke Bunaken. Kenapa nekat? Karena Minggu pagi cuaca beneran mendung, bahkan semalam suntuk hujan terus turun.

Kisah Damha dan Ketiga Putranya

Di sebuah desa yang kecil, hiduplah seorang petani bernama Damha dan istrinya Nalum. Sepasang suami istri ini tinggal bersama dengan ketiga orang anak laki-lakinya yang masih kecil. Anak yang paling sulung bernama La, sejak kecil sangat senang bermain dan membentuk bangunan dari tanah liat. Anak kedua bernama Le, memiliki hobi bermain pesawat terbang. Sedangkan Lud, anak terakhir sangat gemar membaca dan menulis. Seiring berjalannya waktu, mereka tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas dan sehat. Mereka selalu menjadi juara di kelas masing-masing. Mereka juga menjadi anak-anak yang taat pada agama dan sangat patuh pada kedua orang tua. Tentu saja hal ini membuat Damha dan istrinya bangga. Singkat cerita, ketiga anak Damha sudah tumbuh menjadi besar. Satu persatu mereka pergi merantau untuk melanjutkan pendidikan ke kota. Mereka memilih pendidikan sesuai dengan kegemaran mereka masing-masing. La, anak tertua yang pertama kali meninggalkan rumah memilih melanjutkan pendidikan d...

Sehari Menjadi Inspirasi

Kapan terakhir kali kalian menginjakkan kaki di Sekolah Dasar? Sebulan yang lalu, setahun yang lalu, atau bahkan sepuluh tahun yang lalu? Gue yakin kalau sebagian besar dari kalian udah ga' pernah lagi berkunjung ke SD sejak kalian lulus dari SD, kecuali buat kalian yang berprofesi sebagai guru SD atau kalian yang masih suka main layangan di halaman SD. Emang kenapa Nal nanyain kapan terakhir kali ke SD? Karena kemarin gue baru berkunjung ke SD. *bukan kemarin juga sih, tapi udah 2 bulan yang lalu. Berhubung males nulis sibuk, harap maklum ya. Trus apa hebatnya? Palingan juga cuma ngecengin mas-mas yang jualan batagor di depan SD. Eits, jangan suudzon dulu. Gue ke SD bukan buat ngecengin mas-mas yang jualan batagor kok, tapi buat ngecengin mas-mas yang jualan mainan. #eh Jadi ceritanya, bulan Oktober kemarin gue disamperin sama 2 orang cewek item. Awalnya gue kira mau diajak kenalan dan diprospek buat ikutan MLM. Tapi ternyata perkiraan gue meleset. Gue em...

Setelah Hujan, Tak Selalu Ada Pelangi

" Setelah hujan pasti ada pelangi. " Motivator ompong itu mulai bersajak. " Itu artinya, setelah kesedihan pasti ada keceriaan. Jadi nikmati saja masalahmu, dan tunggu sampai masalahmu selesai dan berubah menjadi berkah. " Lanjutnya lagi, seakan menjadi motivator ulung pengobar semangat. Kutinggalkan acara seminar abal-abal ini, dari tadi hanya bersajak saja. Tak kupedulikan rayuan teman-teman untuk tetap bertahan. " Telingaku sudah memerah, lihat ini. " Jawabku sambil memamerkan telingaku yang benar-benar merah. Kulangkahkan kaki meninggalkan aula tanpa semangat. Sapaan dari panitia hanya kujawab dengan senyum tipis. Pertanyaan kenapa aku pulang sebelum acara selesai hanya kujawab dengan seringai sesaat. Langit yang memang sedari tadi mendung, sekarang mulai menitikkan airnya satu persatu seiring satu-persatu langkahku di trotoar. Kutaruh pantat ini di bangku halte, tepat sebelum gerimis menjadi hujan. " Beruntung " ...