Langsung ke konten utama

Laut Tak Selalu Biru

"Mengapa laut berwarna biru?" Tanyamu mencoba memecah keheningan.

"Emmmm, mungkin karena langit berwarna biru." Jawabku sekenanya.

"Ahhh, aku mulai bosan." Katamu sambil mulai menggulung benang pancingmu.

"Bosan memancing?" Aku ikut menggulung benang pancingku, padahal waktu masih menunjuk pukul tujuh pagi. Baru satu jam memancing, dan belum satu ekor ikan pun memakan umpan, mungkin karena kali ini hanya membawa umpan sisa kemarin. Ikan-ikan pun sudah mulai pilih-pilih makanan sekarang.

"Bosan dengan laut biru." Jawabmu sembari meniti papan titian, kembali ke daratan.

"Maksudmu?" Aku mencoba mengejar, mencoba mendengar lebih jelas. Tapi tengkukmu semakin menjauh.

Kamupun berlari. Entah karena ingin pulang lebih cepat, atau memang kamu sudah sangat membenci laut biru.

"Ah, besok juga kamu akan kembali lagi seperti biasa, kita akan memancing bersama." Batinku menenangkan.


*****

Matahari mulai meninggi, ikan-ikan sudah mulai mengisi bumbungan. Tapi ada satu yang kurang, kamu belum juga datang.

Padahal sudah kubawa umpan baru, agar banyak ikan yang terpancing. Agar kamu betah karena banyak ikan yang terpancing. Tapi tampaknya kamu tak datang.

"Ah, mungkin kamu kesiangan, dan tak bisa datang." Batinku menenangkan.

*****

Tapi sekarang pun kamu tak datang, bahkan setelah hari ke enam. Aku mulai terbiasa memancing sendirian.

Batinku mulai bertanya, mungkin memang kamu sudah mulai bosan dengan laut yang berwarna biru, hingga enggan lagi memancing bersamaku.

Kudengar kamu sudah pergi ke kota, kata ibumu. Mencari pekerjaan baru, sebagai supir atau apalah itu. Dengan siapa lagi aku habiskan umpanku, jika tak bersamamu.

Entah berapa lama kurenungkan kata-katamu, tentang kebosananmu pada laut biru. Apa benar kamu bosan dengan laut yang berwarna biru? Padahal kamu tahu, biru warna kesukaanku. 

Tanpa terasa air mulai menetes satu-persatu. Mengawali hujan yang akan segera datang. Lamunanku tentangmu seakan membuatku lupa dengan sekitar, hingga tak sadar awan hitam datang.

Sekilas kutatap laut yang menghitam, sebelum pergi dengan hasil pancingan melewati papan titian.

Sebentar . . . . . . laut mulai menghitam? Kutatap lagi untuk sekedar meyakinkan. Ya, laut mulai menghitam, memantulkan awan hitam di atas sana.

Lalu mengapa kamu berkata kalau kamu bosan dengan laut yang berwarna biru? bukankah kadang kita memancing di laut orange kala senja, atau laut pekat kala malam?

"Ah, kamu bukan bosan dengan laut biru. Mungkin kamu hanya bosan dengan rutinitas kita, yang itu-itu saja." Batinku menenangkan.

Komentar

  1. Kok aku gak mendalami ceritanya yaaa -_- Padahal udah berulang-ulang kali aku baca -_-

    BalasHapus
  2. ini pengalaman yak?
    kasian juga kamu ditinggalin temanmu.
    kalau menurutku laut ada kok yang warna hijau. kalau laut warna orang dan hitamkan itu pantulan dari cahaya, heheu
    mungkin memang temanmu lelah memancing tiap hari

    BalasHapus
  3. Entahlah.. Akupun bosan dengan cat tembok tempat kerja yang berwarna pelangi..

    BalasHapus
  4. Mungkin dia menilai kalau yang dia lihat itu akan sama setiap harinya, dan membuatnya bosan. Padahal, di waktu tertentu orang yang dia lihat akan berubah sesuai keadaan. Mungkin.

    BalasHapus
  5. Pukpuk ya, Zain. Teman itu datang dan pergi. Jadi kita harus selalu siap kapan mereka datang tiba-tiba dan pergi tiba-tiba. Semoga satu saat ia datang kembali ya:)

    BalasHapus
  6. Harus sabar bro, meskipun ditinggal, mungkin dia butuh puluhan mobil berjejer iring-iringan dengan suara yang tidak enak didengar. Semoga dia kembali.

    BalasHapus
  7. Ini kayanya ada curcol terselubung deh hehe

    yakin si "kamu" itu cuman bosen karena rutinitas yang monoton? Atau jangan-jangan dia memang bosan bersamamu saja hehe

    BalasHapus
  8. Wihh ini keren banget sumfeh! Aku suka idenya, sederhana tapi unik, menggelitik. Orang kadang tak acuh sama warna laut yang memantulkan apa yang ada di atasnya, taunya cuma biru.. hehe

    Cuma saran aja sih, untuk memakai kata ganti orang kedua sebagai salah satu tokoh, itu agak enggak enak dan beresiko mengganggu pembaca. Mungkin kamu bisa pake 'dia', hehe, cuma saran aja sih:D it's such a nice story

    BalasHapus
  9. kok aku ngx ngerti yaah, :D
    intinya mungin ini pengalaman pribadi kali yaah, :D

    BalasHapus
  10. iya, aku bosan..coba nggak cuman mancing, tpi snorkeling kek, bermain air di bibir pantai, terjun bebas dari tepi titian, atau lama lamaan tenggelam...pasti semakin bervariasi dan nggak bosan..kacian...jadinya gagal mupon..:p

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibu-Ibu Penjual Ampyang

Kemarin Minggu pagi gue nyobain ke car free day di dekat stadion Bekasi. Niat awalnya sih mau lari-lari, tapi berhubung jalannya bejubel dan ga asik buat lari-lari jadinya lebih milih nyuci mata. Dan seperti car free day di daerah lain, pun di sini banyak orang yang memanfaatin waktu cfd buat jualan. Dari yang jualan es teh, kripik kentang sampai apartment. Tapi di salah satu pojokan ada seorang ibu yang jualan ampyang. Tau kan ampyang? biskuit gula jawa dengan topping kacang tanah. Coba googling di yahoo buat yang penasaran apa itu ampyang. Eh ga' usah ding, gue googlingin gratis deh. Dagangan ibu itu sepi, ga ada orang yang tertarik sama makanan tradisional ini, padahal rasanya enak loh. Kalau kata Pak Bondan rasanya itu mak lampir, eh mak nyusss.  Berhubung gue udah lama ga makan ampyang dan kangen sama makanan tradisional ini, gue pun menghampiri ibu penjual ampyang.

Ketika Gue Kehilangan Dompet

Bulan kemarin, gue mengalami kejadiaan naas. Bukan, gue bukan ketangkep satpol PP pas mangkal, karena gue ga pernah mangkal. Tapi kejadian naas gue kali ini karena bulan kemarin gue kehilangan dompet. Yap kalian ga salah baca, bulan kemarin gue kehilangan dompet. Dan karena kejadian kehilangan dompet ini gue jadi ga bisa posting selama sebulan. *ok, skip Kronologinya begini, pas hari Minggu gue iseng-iseng masuk atm buat sekedar ngadem sama ngecek saldo. Keluar dari atm dan udah ngestater motor, tiba-tiba muncul tukang parkir dari dalam botol . Gue yang udah niat ngegas terpaksa berhenti cuma buat ngambil duit receh di dompet buat bayar parkir. Setelah itu dompet masuk kantong lagi dengan asal-asalan, dan gue melanjutkan perjalanan buat pulang ke rumah. Gue memilih jalan yang agak sepi, yah siapa tahu ada kuntilanak iseng yang bisa digodain. Jalan yang gue pilih agak menantang, meliuk-liuk dan bergelombang. Singkat cerita gue udah sampai di depan indoapril, soalnya gue haus da

Festival Mesin Waktu Generasi 90an

Tanggal 14 Oktober kemarin saya diajakin istri (iya, saya udah nikah) buat datang ke acara Festival Mesin Waktu Generasi 90an. Alasan dia sih karena kangen sama suasana 90an. Saya sih iya-iya aja soalnya saya juga kangen sama suasana jaman kecil dulu dibayarin sama istri. *suamimodalsedikit Jadi tahun 2017 ini Generasi90an  berkolaborasi sama  Ismaya Live  membuat suatu acara dengan tema Festival Mesin Waktu. Ini merupakan event ke 3 selama lima tahun, yang berkonsep suasana 90an. Acaranya bertempat di The Establishment SCBD Lot 6. Pas hari-H rencanaya pagi-pagi kami mau jalan-jalan dulu di Monas, berhubung selama tinggal di Bekasi saya belum pernah ke Monas. Ga' tahu kenapa, meskipun sudah dua tahun lebih saya bekerja dan tinggal di Bekasi tapi saya malah malas kalau main ke Jakarta. Padahal jaman zaman kecil dulu kalau denger kata Jakarta udah tertarik banget, dan kalau udah pernah ke Jakarta bisa dipamerin ke temen-temen (kok dulu saya udik banget ya, hahaha), tapi sekaran