Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Kesalahan Menutupi Kebaikan

Kemarin siang sebelum puasa, Joko dan Siti masih bersama. Keduanya menghabiskan waktu berdua di bawah pohon beringin sambil ngemil kwaci. Mereka saling tertawa dan bercanda. Sampai pada satu saat dimana Siti merasa ada yang mengganjal di lubang hidungnya. Dengan refleks Siti memasukkan jempol tangan kanannya ke lubang hidungnya. Iya, Siti ngupil di depan Joko, kekasihnya. Joko yang menatap Siti merasa risih dengan apa yang dilakukan Siti tepat di depan bola matanya. " Siti, kamu itu ga' sopan banget ya. " Joko membentak Siti. " Hah? Kenapa sayang? " Siti terkaget-kaget dengan perubahan sikap kekasihnya. " Kamu ngupil di depan pacar sendiri, ga' sopan banget. Aku ga' mau lagi sama kamu. Kita putus! " " Tapi, tapi yang . . . " Belum sempat Siti menyelesaikan kalimatnya, Joko udah meninggalkannya. Siti terisak sendiri, di bawah pohon beringin, dengan sisa kwaci yang yang belum habis. Tapi kini, Joko merasa bersalah ka

Memikirkanmu dalam Diamku

rintihan angin memilin sepi mengorek kisah dalam memori menggores rindu merayap hati memupuk rasa yang tak terobati masih terlintas kenangan tentang kita masih berbekas cerita tentang kita bukan tentangku, atau tentangmu tapi tentang kita semoga kau tahu di sini, aku memikirkanmu dalam diamku di sini, aku mengharapkanmu dalam do'aku di sini, aku masih untukmu

Gabe, Si Raja Gundu

Postingan kali ini gue akan menceritakan sejarah yang belum tentu diketahui semua orang. ***** Alkisah ketika kerajaan Majapahit masih berjaya dan Hayam Wuruk belum menduduki tahta kerajaan, diadakanlah sebuah Turnamen Gundu Nasional yang diadakan setiap satu tahun sekali. Setiap provinsi wajib mengirimkan pemain andalannya masing-masing. Selain memiliki nilai gengsi yang tinggi, provinsi yang memenangkan turnamen akan diberi biaya operasional provinsi dengan nilai yang sangat besar selama satu tahun. Saking besarnya biaya operasional yang didapat, warga satu provinsi tersebut ga' perlu bekerja lagi selama satu tahun untuk memenuhi kebutuhan hidup. Setiap perwakilan yang akan berangkat menghadapi turnamen diarak dan diperlakukan layaknya pejuang yang akan berangkat menuju medan pertempuran. Dan yang bisa membawa pulang kemenangan, akan disambut layaknya pahlawan perang, dan akan dihormati oleh seluruh rakyat provinsi. Tersebutlah Gabe, seorang TKI yang bekerja di Nigeria.

Jungwok

Jungwok? Apaan itu? Sejenis momok ya? Hehehe, sengaja gue ngasih judul satu kata biar kalian penasaran. Jungwok tuh sebenernya nama salah satu pantai di Gunung Kidul. Kok namanya Jungwok? Kalau kalian nanya ke gue, gue nanya ke siapa dong? Hehehe. Jujur gue juga ga tahu kenapa bisa dinamain Jungwok, jomplang banget sama nama pantai di sebelahnya, Sri Wedari. Jadi ini cerita gue dulu pas masih kuliah, *iya, dulu gue pernah kuliah. Rencana awalnya kami mau main ke Pantai Sri Wedari. Kami berangkat malam hari dan nginep di rumah temen di Jogja, biar paginya bisa langsung berangkat ke pantai dan bisa puas-puas ke pantainya. Pagi harinya kami langsung meluncur ke arah pantai, seperti rencana awal ke arah Pantai Sri Wedari. Tapi pas mau sampai ke pantai yang dituju, ternyata di tengah jalan kami ketemu sesuatu. Kami ketemu sama raksasa. Iya raksasa. Coba bayangin. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  Udah bayangin? Padahal gue cuma becanda, hahaha. *ter

Waktu, yang Tak Bisa Dibeli

Banyak yang bisa gue beli pakai uang hasil ngejual keringet sendiri ketika udah masuk ke dunia kerja, yang belum tentu bisa gue beli waktu gue masih sekolah ataupun kuliah. Padahal gue juga bingung, siapa yang mau beli keringet yang wangi bau itu. Hehehe. Ga kayak masa-masa sekolah ataupun kuliah, ketika uang saku gue terbatas, dan ngikutin alur keuangan orang tua. Ketika orang tua rejekinya lancar, uang saku guepun mengalir deras. Ketika rejeki orang tua agak seret, guepun minum obat pencahar biar lancar, eh maksudnya uang saku gue memprihatinkan. Kalau gue pengen beli sesuatu, gue harus pikir-pikir gimana kondisi keuangan orang tua. Apalagi gue berasal dari keluarga biasa-biasa aja. Gue ga mungkin minta duit ke orang tua buat sekedar beli barang yang ga mendesak sifatnya kalau ga kepaksa.  Jadi dulu pas sekolah atau kuliah kalau gue pengen beli sesuatu dan harganya jauh di atas uang saku, ya ujung-ujungnya ngepet, eh nabung maksudnya. Kalaupun minta ke orang tua cuma dipakai bu

Menaikkan Harga Jual

Kok judulnya "Menaikkan Harga Jual"? mau beralih jadi blog ekonomi ya? Tenang-tenang, jangan panik. Karena sesungguhnya Jakarta masih jadi Ibu Kota Negara Indonesia. Pertama-tama coba lihat gambar di bawah : Makanan yang cukup familiar bagi orang Jawa. Dengan sayur, toge, sambel kacang, sama peyek. *mulai lapar, mulai lapar. Dengan harga yang relatif murah, kita bisa dapat makanan yang sehat dan bergizi tinggi. Apalagi buat yang suka masak, pecelnya bisa ditambahin sama ati ayam, tempe kecap, tahu isi, tahu gembus, ataupun mendoan. *gue ngiler beneran.