Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Ketika Batas Waktu

terngiang-ngiang di sela waktu dalam kuasa tawa mengisi masa seiring nafas detik berlalu dalam lelah tangis terdengar lemah tak ada yang tahu rahasia Illahi yang hakiki karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya meski semua tahu tiap-tiap umat memiliki batas waktu namun tak ada yang tahu kapan datangnya batas waktu ketika batas waktu tiba kita hanya bisa berdo'a semoga amal kita di dunia menjadi penyelamat dari siksa neraka dan pengiring menuju nikmat surga karena kita manusia biasa tak kuasa menolak takdirNya ketika batas waktu tiba

Untukmu yang Anggun Bersama Angin

hembusan nafas serasa kuacuhkan hati ini lebih penuh kebimbangan untukmu perasaan ini terkuras sampai kini terbelenggu, dan tak bisa bebas aku memang jago kalkulus integral bertingkat pun aku sudah lulus sayang hatimu bukan matematika yang bisa diselesaikan dengan logika masih terngiang-ngiang dalam memori waktu yakinkan aku, pintaku akupun tak yakin, jawabmu lalu? kita terdiam, sama-sama membisu yah biarlah, biarlah kini bebas entah sesaat, semoga tak selamanya namun kini, pada kepik-kepik yang beterbangan ijinkan aku sampaikan salam penuh kerinduan kini aku bagai akar ilalang menatap dirimu yang anggun terbang bersama angin Bacan, Mei 2014

Berusaha Untuk Bukan Apa-Apa

Hari itu langit sangat cerah. Matahari bersinar dengan semena-mena, menyenangkan hati para pemilik laundry. Awan-awan banyak yang bolos kerja, ga serajin biasanya. Sepertinya awan-awan lebih memilih berkumpul di hati Joko, menutupi mentari yang menyinari hatinya, membuatnya seakan-akan mendung menggelayut memenuhi relung hati. *aseeek, bisa juga gue puitis. Joko terlihat manyun, wajahnya ditekuk hingga terlihat lebih kusut daripada kertas koran yang udah diremet-remet. Hatinya gundah, gelisah. Bukan karena pulsanya habis, bukan juga karena IP semester ini cuma dapat 1,3. Itu semua udah biasa, bahkan terkadang pulsanya sampai minus. Tapi karena cintanya sama Siti terancam kandas. Siti seakan belum bisa merelakan masa depannya ada di tangan Joko. Emang sih status Joko masih sebagai mahasiswa dengan kondisi menengah ke bawah dilihat dari semua segi. Iya, dari semua segi. Dari segi nilai, ekonomi, tampang, bahkan berat badan. Tapi meskipun begitu Joko termasuk pemuda bertanggu

Menghargai yang Dimiliki

Seorang cewek bernama Siti, yang berparas biasa-biasa aja tengah terduduk lesu di kamar kosnya yang gelap. Di luar kilat dan rombongan air menetes dari langit. Lampu di kamar kosnya ga bisa nyala, begitu juga di kamar-kamar yang lain. Bukan karena konsleting listrik, bukan juga karena sekeringnya putus, tapi karena kWh meter prabayarnya lupa diisi pulsa. Berhubung week end , orang di kosnya pada pulang kampung semua. Sedangkan Siti ga bisa pulang karena dia lagi ikut program pelatihan diet massal yang diselenggarakan kampusnya setiap hari Minggu. Otomatis sekarang Siti berteman sepi di kosnya yang gelap. Siti bingung, galau, pikirannya kalut. Dia bingung mau gimana, dia takut sendirian, gelap-gelapan lagi. Mau beli pulsa di luar hujan, jauh lagi, harus lewat jalan darat 50 km, nyebrang pake boat 40 menit, dilanjut renang diantara buaya. Pokoknya jauh lah. Di tangan kanannya, Siti udah megang segelas minuman anggur. Saking galaunya Siti sampai haus, untung aja sebelum mati

Tanjung Bira, Pasir Putih nan Eksotis

Kemaren pas gue di Makassar, gue sempet main ke beberapa tempat wisata di Makassar dan sekitarnya. Salah satu tempat yang gue kunjungi dan sangat berkesan adalah Tanjung Bira. Tanjung Bira atau Pantai Bira nama salah satu pantai destinasi wisata di Sulawesi Selatan. Kalau dari Makassar kira-kira 4 jam perjalanan, naek mobil loh bukan jalan kaki. Awalnya gue ga ngeh kalau ada pantai indah di Sulawesi Selatan, sampai salah satu temen ngasih foto, pamer dia pernah ke Tanjung Bira. Pas lihat foto yang dipamerin sama temen gue, langsung gue excited. Pengen kesana sampe ngiler-ngiler. *iya ngiler, di depannya ada ayam panggang. Gue mulai nyari-nyari temen yang mau diajakin ke sana. Bagai gayung bertemu air *peribahasa apaan? Pas gue mau nyari temen ke sana, ada temen dari kantor lain yang ngajakin duluan. Ga gue sia-siain ajakan temen, gue sambut dengan pelukan hangat. * oke, ini juga cuma peribahasa. Setelah rencana yang disusun busuk matang, akhirnya gue sama 7 orang temen b

Lembaran Baru, di Buku yang Sama

Jalan hidup sepertinya tak semulus paha cherrybelle keinginan. Ketika hati sudah menetapkan dan mulai memantapkan untuk tinggal di Makassar, turun SK yang mengharuskan gue untuk pindah, pindah dari Makassar, karena perusahaan emang lebih membutuhkan tenaga di tempat yang baru. Dan di Surat Kampret itu menyebutkan bahwa gue harus pindah ke Pulau Bacan. Bacan? Mana itu? Bagi kalian yang ga tau Bacan, kalian perlu 2 barang utama. Yang pertama kalian butuh peta, bisa beli, kalo ga beli ya pinjem lah. Peta Indonesia ya, jangan peta Amerika, apalagi peta Uni Emirat Arab. Ga ada di situ. Karena Bacan itu punyanya Indonesia. Kalo peta udah di tangan, kalian bisa lihat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Barang kedua yang kalian butuhin adalah kaca pembesar, loop, atau alat semacamnya. Pake loop itu kalian bisa lihat pulau kecil di peta, di bagian bawah Provinsi Maluku Utara, bukan di Provinsi Nusa Tenggara Timur loh. Nah disitu letak pulau Bacan. Hahahaha