Postingan kali ini gue akan menceritakan sejarah yang belum tentu diketahui semua orang.
Alkisah ketika kerajaan Majapahit masih berjaya dan Hayam Wuruk belum menduduki tahta kerajaan, diadakanlah sebuah Turnamen Gundu Nasional yang diadakan setiap satu tahun sekali. Setiap provinsi wajib mengirimkan pemain andalannya masing-masing. Selain memiliki nilai gengsi yang tinggi, provinsi yang memenangkan turnamen akan diberi biaya operasional provinsi dengan nilai yang sangat besar selama satu tahun. Saking besarnya biaya operasional yang didapat, warga satu provinsi tersebut ga' perlu bekerja lagi selama satu tahun untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Setiap perwakilan yang akan berangkat menghadapi turnamen diarak dan diperlakukan layaknya pejuang yang akan berangkat menuju medan pertempuran. Dan yang bisa membawa pulang kemenangan, akan disambut layaknya pahlawan perang, dan akan dihormati oleh seluruh rakyat provinsi.
Tersebutlah Gabe, seorang TKI yang bekerja di Nigeria. Selain bekerja sebagai TKI, Gabe juga mengambil studi pergunduan di sela-sela waktunya bekerja. Oleh karena itu, kemampuan dan keahlian bermain gundu Gabe udah ga' diragukan lagi. Ketika masa kontraknya habis, pulanglah Gabe ke kerajaan Majapahit, tepatnya di provinsi Maduduren.
Pada saat itu provinsi Maduduren merupakan provinsi termiskin di kerajaan Majapahit. Sebagian warganya bekerja sebagai petani di tanah yang gersang. Saking miskinnya, provinsi Maduduren merupakan satu-satunya provinsi yang ga' punya Akademi Gundu. Iya, Akademi Gundu adalah sebuah akademi yang mempersiapkan generasi mudanya untuk menghadapi Turnamen Gundu Nasional. Oleh karena itu, ga' heran kalau provinsi Maduduren selalu menduduki peringkat kuncen alias juru kunci pada setiap Turnamen Gundu Nasional.
Hati Gabe teriris mengetahui kondisi provinsinya yang sangat miskin. Mengingat keahlian gundunya yang udah mumpuni hasil dari mengambil studi pergunduan di Nigeria, berangkatlah Gabe menghadap Gubernur saat itu.
"Gubernur yang terhormat, ijinkan saya mewakili Maduduren untuk mengikuti Turnamen Gundu Nasional. Saya yakin bisa menang dan membawa hadiah untuk rakyat Maduduren, Gubernur." Ijin Gabe mantab.
Berhubung saat itu Provinsi Maduduren sedang krisis pemain gundu, maka dengan terpaksa Gubernur Maduduren mengijinkan Gabe yang belum ditest kelayakan permainan gundunya itu untuk mewakili Provinsi Maduduren.
Atas ijin dari Gubernur Maduduren berangkatlah Gabe mewakili Kerajaannya untuk mengikuti Turnamen Gundu Nasional di pusat kerajaan Majapahit. Gabe berangkat tanpa arak-arakan, Gabe berangkat tanpa selamatan, bahkan Gabe diarak tanpa pendukung berpom-pom ria. Tapi Gabe ga' patah semangat, karena dia berangkat dengan ikhlas.
Turnamen Gundu Nasional pun dimulai. Bukan perkara yang mudah untuk Gabe mengalahkan lawan-lawannya. Tapi karena kesungguhan hati dan niat tulusnya, Gabe mampu mengalahkan lawan-lawannya dan melaju ke partai final. Di final Gabe berhadapan dengan perwakilan Jambuasem, provinsi yang paling sering memenangkan Turnamen Gundu dengan Akademi Gundunya yang udah ga' diragukan lagi.
Dengan perjuangan keras, Gabe pun mengalahkan perwakilan Jambuasem dengan skor tipis. Gabe pulang membawa kemenangan. Gabe pulang membawa hadiah untuk rakyat Maduduren. Gabe dielu-elukan sebagai pahlawan.
Untuk satu tahun berikutnya, Provinsi Maduduren bisa hidup sejahtera. Tetapi rakyatnya masih bekerja meskipun ga' sekeras biasanya, karena mereka takut jika Gabe gagal memenangkan Turnamen Gundu Nasional tahun depan, mereka akan bekerja keras lagi.
Satu tahun pun berlalu, Turnamen Gundu Nasional pun digelar lagi. Untuk kedua kalinya Gabe mewakili Provinsi Maduduren. Berbeda dari tahun lalu, dimana Gabe berangkat tanpa arak-arakan dan selamatan. Kali ini Gabe berangkat dengan arak-arakan dan do'a dari rakyat satu Provinsi. Bahkan Gabe berangkat ke pusat Kerajaan Majapahit dengan didampingi pendukung, lengkap dengan pom-pomnya. Semua rakyat berdo'a untuk kemenangan Gabe, meskipun sebenarnya mereka belum yakin sepenuhnya.
Pada turnamen kali ini, tampaknya jalan menuju kemenangan lebih mudah diraih Gabe. Ya, kemenangan kedua di Turnamen Gundu Nasional didapat Gabe dengan cukup mudah. Gabe pun pulang membawa kemenangan dan hadiah untuk rakyat Maduduren.
Kemenangan kedua ini membuat rakyat percaya pada Gabe. Gabe dielu-elukan dan dihormati selayaknya raja. Rakyat pun mulai menikmati kemenangan Gabe. Mereka udah ga' bekerja lagi, mereka tinggal hidup dari hadiah kemenangan Gabe.
Tampaknya Gabe memang dianugerahi keberuntungan, lima kali berturut-turut dia memenangkan turnamen. Julukan Raja Gundu pun disematkan pada Gabe. Lima tahun rakyat Maduduren menikmati hadiah kemenangan dari Gabe. Rakyat Maduduren udah ga' pernah lagi bekerja, mereka hidup dalam gelimang harta, mereka sering mengadakan pesta dan berfoya-foya.
Akhirnya tibalah waktu turnamen keenam yang diikuti Gabe. Gabe berangkat dengan diarak seperti biasanya, tapi kali ini rakyat Maduduren ga' berdo'a untuk Gabe, karena mereka sangat yakin jika Gabe akan memenangkan turnamen ini seperti tahun-tahun sebelumnya.
Dan sepertinya dugaan rakyat Maduduren akan menjadi kenyataan. Gabe bisa sampai ke babak final. Tampaknya Gabe masih terlalu tangguh untuk lawan-lawannya, meski usianya ga lagi muda. Di final Gabe berhadapan dengan perwakilan dari Provinsi Jambuasem, provinsi yang pada tahun-tahun sebelum kedatangan Gabe sering menjadi juara.
Kali ini final berlangsung sengit. Gabe agak kewalahan, berhubung umurnya yang udah lebih tua daripada lawannya, yang berimbas pada tingkat stamina yang berbeda. Pengalaman yang dimiliki Gabe melawan stamina dan semangat perwakilan dari Jambuasem.
Saking sengitnya skor dari kedua pemain selalu sama. Hingga terpaksa diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenangnya. Malang bagi Gabe, ketika melempar gundu di poin penentuan jempolnya terkilir. Mungkin disebabkan karena memang udah tua, mengakibatkan stamina dan daya tahan tubuh yang menurun.
Lemparan Gabe pun jauh dari sasaran. Gabe kalah. Gabe gagal membawa pulang kemenangan untuk rakyat Maduduren. Bahkan jempolnya terkilir, dan didiagnosa tabib dia ga' bisa lagi memainkan gundu.
Gagalnya Gabe berimbas pada seluruh rakyat Maduduren. Gabe ga' bisa lagi membawa hadiah dari kemenangannya. Rakyat pun terpaksa kembali bekerja untuk menutupi kebutuhan hidupnya.
Kehidupan rakyat Maduduren berubah drastis secara tiba-tiba. Mereka yang sering berfoya-foya, bahkan harus bekerja hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan ini membuat mereka kaget. Satu persatu rakyat Maduduren mulai mengeluh. Bahkan mereka mulai menyalahkan dan menghujat Gabe, yang gagal membawa kemenangan dan hadiah untuk rakyat Maduduren.
Tahun-tahun kemudian, kehidupan rakyat Maduduren kembali lagi seperti dulu, seperti sebelum Gabe pulang dari TKI. Mereka ga' lagi punya pemain gundu sebagai penerus Gabe. Sedangkan Gabe, entahlah. Ga ada yang tahu, dan seakan ga' ada yang mau tahu dimana dan bagaimana kondisinya. Nama Gabe pun hilang dari sejarah.
Itulah sejarah Gabe, Si Raja Gundu. Banyak orang yang ga' tahu sejarah tentang Gabe. Kalian pun sebenarnya ga' perlu tahu, apalagi sampai ngapalin. Karena sebenarnya dia cuma tokoh fiktif karangan gue. *nah loh
Tapi seengga'nya, setelah membaca cerita Gabe Si Raja Gundu, semoga kalian bisa dapat beberapa pesan moral. *eciee. Kalian bisa share pesan-pesan moral apa saja yang kalian dapat dari di cerita ini di kotak komentar.
*****
Alkisah ketika kerajaan Majapahit masih berjaya dan Hayam Wuruk belum menduduki tahta kerajaan, diadakanlah sebuah Turnamen Gundu Nasional yang diadakan setiap satu tahun sekali. Setiap provinsi wajib mengirimkan pemain andalannya masing-masing. Selain memiliki nilai gengsi yang tinggi, provinsi yang memenangkan turnamen akan diberi biaya operasional provinsi dengan nilai yang sangat besar selama satu tahun. Saking besarnya biaya operasional yang didapat, warga satu provinsi tersebut ga' perlu bekerja lagi selama satu tahun untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Setiap perwakilan yang akan berangkat menghadapi turnamen diarak dan diperlakukan layaknya pejuang yang akan berangkat menuju medan pertempuran. Dan yang bisa membawa pulang kemenangan, akan disambut layaknya pahlawan perang, dan akan dihormati oleh seluruh rakyat provinsi.
Tersebutlah Gabe, seorang TKI yang bekerja di Nigeria. Selain bekerja sebagai TKI, Gabe juga mengambil studi pergunduan di sela-sela waktunya bekerja. Oleh karena itu, kemampuan dan keahlian bermain gundu Gabe udah ga' diragukan lagi. Ketika masa kontraknya habis, pulanglah Gabe ke kerajaan Majapahit, tepatnya di provinsi Maduduren.
Pada saat itu provinsi Maduduren merupakan provinsi termiskin di kerajaan Majapahit. Sebagian warganya bekerja sebagai petani di tanah yang gersang. Saking miskinnya, provinsi Maduduren merupakan satu-satunya provinsi yang ga' punya Akademi Gundu. Iya, Akademi Gundu adalah sebuah akademi yang mempersiapkan generasi mudanya untuk menghadapi Turnamen Gundu Nasional. Oleh karena itu, ga' heran kalau provinsi Maduduren selalu menduduki peringkat kuncen alias juru kunci pada setiap Turnamen Gundu Nasional.
Hati Gabe teriris mengetahui kondisi provinsinya yang sangat miskin. Mengingat keahlian gundunya yang udah mumpuni hasil dari mengambil studi pergunduan di Nigeria, berangkatlah Gabe menghadap Gubernur saat itu.
"Gubernur yang terhormat, ijinkan saya mewakili Maduduren untuk mengikuti Turnamen Gundu Nasional. Saya yakin bisa menang dan membawa hadiah untuk rakyat Maduduren, Gubernur." Ijin Gabe mantab.
Berhubung saat itu Provinsi Maduduren sedang krisis pemain gundu, maka dengan terpaksa Gubernur Maduduren mengijinkan Gabe yang belum ditest kelayakan permainan gundunya itu untuk mewakili Provinsi Maduduren.
Atas ijin dari Gubernur Maduduren berangkatlah Gabe mewakili Kerajaannya untuk mengikuti Turnamen Gundu Nasional di pusat kerajaan Majapahit. Gabe berangkat tanpa arak-arakan, Gabe berangkat tanpa selamatan, bahkan Gabe diarak tanpa pendukung berpom-pom ria. Tapi Gabe ga' patah semangat, karena dia berangkat dengan ikhlas.
Turnamen Gundu Nasional pun dimulai. Bukan perkara yang mudah untuk Gabe mengalahkan lawan-lawannya. Tapi karena kesungguhan hati dan niat tulusnya, Gabe mampu mengalahkan lawan-lawannya dan melaju ke partai final. Di final Gabe berhadapan dengan perwakilan Jambuasem, provinsi yang paling sering memenangkan Turnamen Gundu dengan Akademi Gundunya yang udah ga' diragukan lagi.
Dengan perjuangan keras, Gabe pun mengalahkan perwakilan Jambuasem dengan skor tipis. Gabe pulang membawa kemenangan. Gabe pulang membawa hadiah untuk rakyat Maduduren. Gabe dielu-elukan sebagai pahlawan.
Untuk satu tahun berikutnya, Provinsi Maduduren bisa hidup sejahtera. Tetapi rakyatnya masih bekerja meskipun ga' sekeras biasanya, karena mereka takut jika Gabe gagal memenangkan Turnamen Gundu Nasional tahun depan, mereka akan bekerja keras lagi.
Satu tahun pun berlalu, Turnamen Gundu Nasional pun digelar lagi. Untuk kedua kalinya Gabe mewakili Provinsi Maduduren. Berbeda dari tahun lalu, dimana Gabe berangkat tanpa arak-arakan dan selamatan. Kali ini Gabe berangkat dengan arak-arakan dan do'a dari rakyat satu Provinsi. Bahkan Gabe berangkat ke pusat Kerajaan Majapahit dengan didampingi pendukung, lengkap dengan pom-pomnya. Semua rakyat berdo'a untuk kemenangan Gabe, meskipun sebenarnya mereka belum yakin sepenuhnya.
Pada turnamen kali ini, tampaknya jalan menuju kemenangan lebih mudah diraih Gabe. Ya, kemenangan kedua di Turnamen Gundu Nasional didapat Gabe dengan cukup mudah. Gabe pun pulang membawa kemenangan dan hadiah untuk rakyat Maduduren.
Kemenangan kedua ini membuat rakyat percaya pada Gabe. Gabe dielu-elukan dan dihormati selayaknya raja. Rakyat pun mulai menikmati kemenangan Gabe. Mereka udah ga' bekerja lagi, mereka tinggal hidup dari hadiah kemenangan Gabe.
Tampaknya Gabe memang dianugerahi keberuntungan, lima kali berturut-turut dia memenangkan turnamen. Julukan Raja Gundu pun disematkan pada Gabe. Lima tahun rakyat Maduduren menikmati hadiah kemenangan dari Gabe. Rakyat Maduduren udah ga' pernah lagi bekerja, mereka hidup dalam gelimang harta, mereka sering mengadakan pesta dan berfoya-foya.
Akhirnya tibalah waktu turnamen keenam yang diikuti Gabe. Gabe berangkat dengan diarak seperti biasanya, tapi kali ini rakyat Maduduren ga' berdo'a untuk Gabe, karena mereka sangat yakin jika Gabe akan memenangkan turnamen ini seperti tahun-tahun sebelumnya.
Dan sepertinya dugaan rakyat Maduduren akan menjadi kenyataan. Gabe bisa sampai ke babak final. Tampaknya Gabe masih terlalu tangguh untuk lawan-lawannya, meski usianya ga lagi muda. Di final Gabe berhadapan dengan perwakilan dari Provinsi Jambuasem, provinsi yang pada tahun-tahun sebelum kedatangan Gabe sering menjadi juara.
Kali ini final berlangsung sengit. Gabe agak kewalahan, berhubung umurnya yang udah lebih tua daripada lawannya, yang berimbas pada tingkat stamina yang berbeda. Pengalaman yang dimiliki Gabe melawan stamina dan semangat perwakilan dari Jambuasem.
Saking sengitnya skor dari kedua pemain selalu sama. Hingga terpaksa diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenangnya. Malang bagi Gabe, ketika melempar gundu di poin penentuan jempolnya terkilir. Mungkin disebabkan karena memang udah tua, mengakibatkan stamina dan daya tahan tubuh yang menurun.
Lemparan Gabe pun jauh dari sasaran. Gabe kalah. Gabe gagal membawa pulang kemenangan untuk rakyat Maduduren. Bahkan jempolnya terkilir, dan didiagnosa tabib dia ga' bisa lagi memainkan gundu.
Gagalnya Gabe berimbas pada seluruh rakyat Maduduren. Gabe ga' bisa lagi membawa hadiah dari kemenangannya. Rakyat pun terpaksa kembali bekerja untuk menutupi kebutuhan hidupnya.
Kehidupan rakyat Maduduren berubah drastis secara tiba-tiba. Mereka yang sering berfoya-foya, bahkan harus bekerja hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan ini membuat mereka kaget. Satu persatu rakyat Maduduren mulai mengeluh. Bahkan mereka mulai menyalahkan dan menghujat Gabe, yang gagal membawa kemenangan dan hadiah untuk rakyat Maduduren.
Tahun-tahun kemudian, kehidupan rakyat Maduduren kembali lagi seperti dulu, seperti sebelum Gabe pulang dari TKI. Mereka ga' lagi punya pemain gundu sebagai penerus Gabe. Sedangkan Gabe, entahlah. Ga ada yang tahu, dan seakan ga' ada yang mau tahu dimana dan bagaimana kondisinya. Nama Gabe pun hilang dari sejarah.
*****
Itulah sejarah Gabe, Si Raja Gundu. Banyak orang yang ga' tahu sejarah tentang Gabe. Kalian pun sebenarnya ga' perlu tahu, apalagi sampai ngapalin. Karena sebenarnya dia cuma tokoh fiktif karangan gue. *nah loh
Tapi seengga'nya, setelah membaca cerita Gabe Si Raja Gundu, semoga kalian bisa dapat beberapa pesan moral. *eciee. Kalian bisa share pesan-pesan moral apa saja yang kalian dapat dari di cerita ini di kotak komentar.
kayak dongeng-dongeng gitu..tapi amanah yang disampaikan lewat cerita ini banyak banget,,mulai dari tidak berdoa dan berubah sikap...ini yang harus diwaspadai juga di negeri kita,,,
BalasHapusbanyak orang yang sudah berusaha memberikan yan terbaik....smpat juga tercapai...dan akhirnya merosot..ujung-ujungnya adalah hujatan...
semoga hal seperti ini tidak terjadi pada bangsa kita
yap, semoga negeri ini selalu bisa menjaga sikap dan bahkan bisa berubah ke arah lebih baik lagi dengan tidak menggantungkan dan menghujat mereka yang pernah berjasa
Hapusbener banget,,mereka pun punya jasa besar atas meroketnya sebuah peradaban..meski pada akhrnya turun kembali...paling tidak..ada sejarah yang baik
Hapuswow.. ceritanya inspiratif banget bro... banyak pesan moral yang tercermin dari cerita diatas.. good story lah pokoke bro..
BalasHapusmakasih bro :)
HapusSetelah gue baca ini, gue jadi teringat bacaan di naskah Ujian Nasional, ada dongeng narasi gitu, trus apasih namanya ah iya, hikayat. Itu kan bisa satu lembar sendiri yang nyeritain tentang hal yang intinya raja-raja gitu. Tapi ini...bener-bener beda. Bahasanya keren, alurnya juga asik, enak dibaca. Thumbs up buat kamu!!! Semangat ya nulisnya!!! :)
BalasHapussampai keinget naskah ujian nasional :D
Hapusmakasih :)
Ciee pesan moral ciee..
BalasHapusGua sih takutnya Indonesia begini, kalo pemimpinnya bagus, rakyatnya foya - foya dan yah kalo pemimpinnya jelek, jadi melarat. Pesan juga untuk atlet, supaya gak foya - foya kalo selalu menang, biar masa tua gak melarat. :)
Nice post, dan ini kunjungan pertama.
semoga aja Indonesia ga seperti ini
Hapustetap bisa menjaga sikap
ok, makasih bro :)
daaan.. sial menimpa penduduk madudren.. harus nyangkul lagi, harus jemur2an di lahan gersang.. dan gabe pun hilang. alih profesi jadi anggota boyband
BalasHapusoke lupakan yang diatas. pesan moralnya adalah.. jagan belajar hanya untuk bermain gundu. setidaknya belajar tentang biologi agar bisa mengolah lahan gersang di desanya *halah
btw nice post bro :) .. banyak terkandung nilai moral disana, sarannya, bikin alur yang lebih jeger lagi biar gak mudah ditebak.. :).
lah? pesan moralnya bisa sampai segitunya ya? haha
Hapusok, makasih masukannya :)
karna yang mainstrim itu gak keren bro :D
Hapusokee sama2.. sekali2 mampir ke gubukku ya.. gratis kok, bisa kasih masukan juga :D
http://tetcotet.blogspot.com/
pesan moralnya adalah jangan menang terus terusaaan, sekali kali kalah jugaaa...kasihan temennye yang kalah terus terusan abidiiiiin...wkwkwkwkwkw
BalasHapusya gimana yaah, orang mah suka gitu...pas dibikin naik daun dan berfoya foya aja dielu eluin,, tapi begitu diajakin turun ya itu, saling menghujat..udah gitu kalo menang berkali kali jadinya gampangin sihhh, yang berdoa jadi nggak berdoa, yang usaha banyak jadi nggak usaha, ya gitu...kalahhh...
pinter khan gue??? pinterrrr ngggaaaaaaaaaakkk???
iyoo, maka dari itu jangan menang terus2an
Hapushaha
ogaaaak :p
dari openingnya gue kirain ini kisah nyata kerajaan beneran deh.. eh pas ketemu Gundu sang TKI Nigeria, pemikiran gue berubah 100 %
BalasHapuspesan moralnya apa yah, emm, kalo kita kalah terus cedera, harus lari ninggalin rumah ya bang ? haha
gubrak, pesan moralnya tepat sekali
HapusEh mirip cerita seorang penebang pohon yang digoda iblis dengan emasnya. :D
BalasHapusSeperti cerita itu pesan moralnya adalah kehilangan keimanannya, seperti lomba terakhir Gabe, rakyat gak berdo'a lagi karena terlalu yakin gabe akan menang, padahal yg menentukan kemenangan sesungguhnya adalah dia Sang Maha Pencipta! #tsaahh
yap, itu salah satu pesan yang ada :)
Hapusbener, ada pesan moralnya..
BalasHapuskalau menang, di elu elukan.. kalau udah kalah di hujat.
jadi teringat sama pahlawan yang terlupakan..
tapi kalau kayak rakyatnya itu, jadu terlalu menyepelekan sesuatu dan terlalu bergantung pada sesuatu.. kasian gabe :(
semoga aja ga terjadi di negeri kita :)
Hapusbagus ceritanyaa, agak gak tau diri tuh warga maduduren, giliran udah kalah malah nyalah-nyalahin-_-
BalasHapusPesan moralnya adalah : Kita harus selalu bersyukur dengan segala yang di dapat, jangan terlena dengan kehidupan mewah karena itu hanyalah sementara di dunia :D
yap, betul
Hapuskarena yang di dunia juga hanya titipan :)
ini cerita beneran tha?
BalasHapusbagus banget ceritanya. pesen moralnya juga dapet.
semoga bermanfaat buat aku dan yang baca :)
iya kok beneran, beneran fiksi :D
Hapusgue udah tau sebenernya kalo cerita ini cuman fiktif belaka kok. tapi keren banget. ada pesan moral yang bisa diambil dari cerita kerajaan tersebut.
BalasHapuspesan moral yang bisa gue dapet dari cerita lo adalah, ketika kita sudah berada diatas maka janganlah sekali-kali kita lupa bahwa kita dulu seperti apa. mungkin rakyat maduduren terlalu sombong dan meremehkan hidup mereka dengan tidak mau bekerja lagi karena sudah ada Gabe. mereka terlalu berfoya-foya dan tidak mau bekerja lagi apalagi berdoa. sehingga ketika Gabe kalah, kehidupan mereka pun langsung berubah drastis seperti semula.
yaa intinya, jangan terlalu berfoya-foa aja sih dalam hidup. meskipun kita sudah berada diatas, jangan lah kita lupa untuk bekerja apalagi berdoa.
yap, betul bro
Hapuskarena bekerja dan berdo'a adalah kewajiban mau gimanapun kondisi kita
Tanpa do'a berarti kita tanpa restu dari Allah, itu berarti kita tanpa disengaja bersifat sombong.
BalasHapusInspiratif banget. over all keren...
yap, mungkin bukan tanpa sengaja ya
Hapustapi emang tersengaja
makasih bro :)
Gundu itu semacam apa sih Bang? Kok aku nggak paham ya-___-
BalasHapusAku rasanya kayak mau tidur dibacain dongeng dulu gitu. Ceritanya ringan banget tapi maknanya dapet. Sebenernya justru dongeng-dongeng semacam ini loh yang amanatnya dapet banget.
Ya begitulah usaha tanpa doa. Yang menakdirkan kan Sang Pencipta, bukan kita. Jadi jangan sombong. Seberhasil apa pun, kalo nggak pernah berdoa karena ngerasa udah sukses ya tunggu waktu aja :))
gundu itu sejenis lagu, gundu2 pacul :D
Hapushaha
gundu itu bahasa gaulnya kelereng
pesan moral yang gue dapet sih, kalo udah tua jangan mainan gundu bang. tuh kan kebukti jempolnya kesleo. -__-
BalasHapusgue tau sig dari awal ini fiktif tapi lumayan lah ada pesan moral, #ciepesanmoral
gue simpen sendiri ajah ya bang pesan moralnya hahaha
haha, gitu ya pesan moralnya? kasihan dong buat orang tua :D
HapusKeren nih ceritanya, ga kebayang kalo beneran ada turnamen gundu nasional haha:D
BalasHapusOh, ya mampir balik juga ya: http://gebrokenruit.blogspot.com/p/hola-amigo-cercano.html
Salam kenal dari Surabaya, follow balik atuh hehe
haha, pasti rame ya
Hapusok bro, salam kenal juga :D
iya kah? *buka postingan sebelumnya :D
BalasHapusyap, betul sekali :)