Langsung ke konten utama

Ketika Gue Dituduh Nyopet

Kemarin Sabtu gue iseng-iseng main ke Mall of Bacan, satu-satunya Mall yang ada di Bacan. Sebenarnya gue ga' pengen beli macam-macam, cuma pengen beli deterjen buat cuci mata. Tapi berhubung cuaca di luar dinginnya 39 derajat celcius, dan gue takut kulit gue item makanya gue putusin buat tawaf di Mall, siapa tahu ada cewek barang yang menarik dan bisa gue tilep beli.

Gue muter-muter dari lantai paling bawah sampai lantai paling atas. Masuk ke toko satu-satu buat ngelihat SPG barang yang dijual. Setelah sampai di lantai 3, gue masuk ke toko mainan.

Sekedar info aja, sampai umur segede ini gue masih tertarik sama mainan anak-anak. Padahal jaman kecil dulu mainan gue udah bejubel. Setelah gue analisis, ternyata hal ini berkaitan sama harga sembako di pasar.

Dulu ketika gue masih imut, harga sembako ga' semahal sekarang, jadinya para produsen mainan memproduksi mainan asal jadi. tapi sekarang setelah harga sembako melambung tinggi, para produsen berlomba-lomba memproduksi mainan dengan kreatifitas dan kualitas agar mainan mereka bisa laku di pasaran. Hal ini menyebabkan mainan-mainan sekarang lebih menarik dan bervariasi daripada mainan jaman dulu.

Pas gue ngelihat-lihat mobil rc, ada seorang ibu di samping anak kecil kira-kira berumur 4 tahunan yang minta dibeliin mobil rc sampai guling-guling. Ibunya dengan terpaksa menuruti kemauan anaknya, biar anaknya diam. Setelah milih-milih, akhirnya pilihan jatuh pada mobil rc warna kuning mirip kayak bumblebeenya transformer.
Pas mau dicoba, mbak-mbaknya yang sepertinya baru kebingungan ga' tahu gimana cara maininnya. Berhubung mbaknya manis gue orangnya baik, gue dengan senang hati bantuin mbaknya, sekalian nyobain mainan gratis. Setelah basa-basi ngucapin terima kasih, ibu dan anaknya menuju ke kasir buat bayar, dan gue ngelanjutin aktifitas gue ngelihat-lihat mainan.

Puas ngelihatin mainan, gue beralih ke toko baju di lantai 5. Di sana gue ketemu lagi sama anak dan ibu tadi. Si anak, yang belakangan gue tahu namanya Aldi ternyata masih inget sama gue. Dia ngajakin gue main mobil-mobilan barunya sama cilukba-cilukbaan sambil nungguin Mamanya belanja.

Di tengah-tengah gue main sama anaknya, Mamanya kebelet dan nitipin anak dan tasnya ke gue buat ditinggal ke kamar mandi, berhubung toiletnya emang agak jauh. Gue yang masih asik main sama anaknya nge-iya-in aja, tanpa gue sadari petaka mulai terjadi.

Setelah balik dari toilet, si ibu ga' langsung menghampiri gue. Tapi malah asik milih-milih baju di tempat yang agak jauh. Gue yang ngerasa jadi baby sitter dadakan mulai jengah. Akhirnya gue serahin tas dan anaknya dengan alasan gue udah ada janji.

Setelah itu gue keluar dan menuju ke supermarket dalam Mall buat beli deterjen dan langsung pulang. Pas gue udah dekat sama pintu keluar, gue dengar teriakan perempuan dari belakang.

"Itu Pak, tangkap yang pake baju biru. Dia copetnya."

Sedetik kemudian, tangan gue udah dipegang dari belakang sama satpam yang badannya tinggi item kayak genderuwo. Karena kaget gue tepis tangan yang megang tangan gue.

"Mau kemana kamu, jangan lari!" Bentak suara satpam itu.

"Apa-apaan ini Pak?" Gue yang ga' merasa ngelakuin kesalahan masih bingung sama apa yang sebenarnya terjadi.

"Mas, kembaliin dompet saya! Kamu kan yang ngambil dompet saya. Tadi tas saya titip ke kamu kok dompetnya hilang." Semprot ibu-ibu yang tadi nitipin anaknya ke gue.

Saat itu gue merasa malu setengah mati, semua pasang mata ngeliat ke arah gue. Pikiran gue kacau, bingung sama apa yang terjadi.

"Udah Pak, serahin aja ke kantor polisi." Orang-orang mulai neriakian ke arah gue. 

"Kita gebukin aja Pak, biar kapok." Saat itu wajah gue udah pucat pasi, keringat udah netes deras banget. Gue berharap ada salah satu orang yang kenal gue dan ngebelain kalau gue orang soleh dan baik-baik.

Saat orang-orang mulai ramai, satpam yang agak bijak menyeret gue buat diamanin di kantor security mall, sama ibu-ibu yang nuduh dompetnya gue copet. Di dalam ruang security, gue merasa sedikit aman. Seengga'nya gue ga' bakal dikeroyok masa.

"Mana mas dompet saya, kembaliin atau saya laporin ke polisi." Ibu-ibu itu masih menuduh gue sebagai pencopetnya.

Gue yang udah mulai tenang mencoba menjelaskan bahwa gue ga' ngambil dompetnya sampai gue sama ibu-ibu itu mulai berdebat. Di tengah-tengah perdebatan hebat terdengar pengumuman dari ruang informasi. Dan pengumuman itu sepertinya perantara penyelamat gue.

"Pengumuman-pengumuman. Ditemukan dompet warna pink di toko mainan XXXX. Di dalamnya terdapat KTP atas nama Ibu XXXX. Bagi yang merasa, mohon segera menuju ke pusat informasi."

Mendengar pengumuman itu si ibu kaget. Dia bergegas ke ruang informasi yang ga' begitu jauh letaknya dari ruang security. Sementara gue masih ditahan di ruang security.

Selang beberapa lama kemudian, si ibu balik lagi dengan membawa dompet di tangannya. Wajahnya menunjukkan kalau dia lagi kebingungan.

"Mas, maaf mas. Dompet saya ternyata ketinggalan di toko mainan. Maaf mas saya tadi bingung kehilangan dompet."

Pas itu kemarahan gue udah mulai naik sampai ke ubun-ubun. Pengen gue pukul tuh ibu-ibu. Tapi berhubung gue anak yang berbakti sama orang tua, gue pun mencoba menahan amarah. Setelah gue tenang, gue mulai mencari cara agar si ibu kapok dan jera.

"Ga' semudah itu bu, Ibu udah mencemarkan nama baik saya. Ibu juga udah mengancam keselamatan saya. Bisa saja saya tadi dipukuli sama seisi mall."

"Maaf mas, saya benar-benar ga' sengaja." Ibu itu masih mencoba meminta maaf.

"Saya mau bikin tuduhan pencemaran nama baik, ibu siap-siap aja masuk penjara." Gue tambah-tambahin biar si ibu tambah takut.

"Makanya hati-hati sebelum bertindak bu, jangan asal nuduh." Satpam yang tadi nangkap gue beralih membela gue.

"Maaf mas, saya benar-benar panik tadi." Si ibu mulai gemetar, wajahnya pucat. Perlahan-lahan air matanya keluar. Di titik ini gue mulai ga' tega.

Sambil terus meminta maaf, dia membuka dompetnya. Dikeluarin uang seratus ribuan sepuluh lembar dan diserahin ke gue.

"Loh, malah mau nyuap saya. Saya laporin juga nih." Gue masih belum puas buat nakut-nakutin.

"Jangan mas, maafin saya mas." Sambil bilang begitu ibu-ibu tadi memaksa gue buat nerima uang dari dia sambil terus nangis dan mencoba nyium-nyium tangan gue sebagai permintaan maaf. Di situ gue mulai benar-benar ga' tega.

"Udah-udah buk, saya ga' mau uang dari ibu. Saya cuma pengen ibu bikin pengumuman di bagian informasi untuk meminta maaf dan ngejelasin kalau saya bukan copet." Akhirnya gue nyerah, ga' tega.

Si ibu bergegas ke bagian informasi, gue, anaknya, sama satpam ngikutin dari belakang. Si ibu pun membuat pengumuman di bagian informasi yang menjelaskan bahwa gue bukan copet.

Setelah selesai bikin pengumuman di bagian informasi, si ibu menghampirin gue untuk meminta maaf lagi. Sekali lagi dia memaksa gue buat nerima uang permintaan maaf. Gue yang emang ga' niat ngambil menolak uang permintaan maaf dari ibu itu.

"Ini mas saya tambahin lagi, saya benar-benar ga' enak mas. Saya mohon maaf sekali." Kata ibu tadi sambil memaksa gue nerima uang yang besarnya dua kali lipat dari uang pertama.

"Ga' bu, saya ga' butuh uang dari ibu."

Gue terus nolak dan bergegas meninggalkan ruang informasi. Tapi sekali lagi tangan gue dipegang dari belakang, kali ini yang megang si ibu.

" Mas, ini mas saya tambahin lagi. Saya ga' nyuap mas. Anggap ini sebagai permintaan maaf saya." Kata si ibu sambil nambahin uang lima ratus ribu.

Gue mulai bingung, kalau gue tolak takutnya ditambahi lagi. Tapi gue juga ga' mau nerima uang dari si ibu. Di tengah-tengah kebingungan gue, pak satpam yang masih di situ ngebisikin gue.

"Udah mas, terima saja separo. Kalau ditolak terus nanti ditambahi terus. Masnya bisa dituduh memanfaatkan keadaan"

Akhirnya berlandaskan saran dari pak satpam, gue terima separuh dari uang yang diberikan ibu itu.

"Lain kali hati-hati buk, jangan asal nuduh." Begitu pesan gue ke si ibu yang ditanggapi ucapan terima kasih dan permintaan maaf bertubi-tubi dari si ibu.

Di pintu keluar gue senyum-senyum sendiri, dari sial jadi untung. Dari yang awalnya dituduh nyopet bisa dapat duit. Lumayanlah buat ganti deterjen gue yang tadi jatuh pas ditangkap pak satpam.

Di tangga menuju parkiran, gue raba-raba lagi kantong gue buat mastiin duitnya masih di situ. Tapi pas gue periksa ga' ada. Padahal gue ingat persis gue kantongin duitnya di kantong celana kanan depan. Gue cek lagi ga' ada, gue cek semua kantong ga' ada.

Saking bingungnya gue ngecek, gue sampai ga' sadar kalau jalan gue di tangga ga' bener. Kaki gue ga' sempurna menapak anak tangga dan

"Bruuuuuuuuk!!!!!!!!!!"

Gue terjatuh dari tempat tidur. Gue kucek-kucek mata dan kembali ngecek kantong celana gue. Setelah sadar uangnya ga' ada, gue pun yakin kalau itu cuma mimpi.

*****

Yap, ternyata kejadian di atas cuma mimpi. Entah gue untung karena ternyata gue ga' dituduh nyopet, atau gue sial karena ga' jadi dapat duit. Enathlah, yang jelas dari mimpi itu gue bisa memetik pelajaran berharga.

Dalam suatu keadaan memang ada kalanya kita dituntut untuk panik dan berpikir cepat. Tapi dalam berpikir cepat kita juga harus bisa berhati-hati dalam mengambil keputusan agar ga' merugikan diri sendiri ataupun orang lain.

Misalkan dari mimpi gue, bisa saja si ibu meminta tolong satpam untuk "mengamankan" gue secara baik-baik tanpa mengundang perhatian dari orang lain. Dengan begitu gue ga' mungkin kabur tapi si ibu masih bisa mengecek dan mengingat-ingat lagi dimana dompetnya berada. Efeknya ga' bakal separah asal tuduh. Nama baik gue aman, ibu tadi juga bisa meminta maaf secara baik-baik ke gue tanpa terlalu merasa bersalah.

Selain itu gue juga seharusnya berhati-hati dalam menerima amanah yang memang bukan kewajiban gue. Ketika dititipin tas dan anaknya ke toilet, gue bisa nolak dan menitipkan ke SPG yang kerja di situ, karena dia ga' bakal kemana-mana sampai jam kerjanya selesai. Bukan karena curiga, tapi lebih baik berhati-hati. Gue ga' dapat hak apa-apa dari menjaga tas dan anaknya, tapi ketika terjadi sesuatu sama tas atau anaknya gue pasti dituntut untuk bertanggung jawab penuh.

Yah kira-kira seperti itulah pelajaran yang bisa gue petik dari mimpi gue. Berhubung gue ngetiknya jam dua pagi, sekarang mata gue udah setengan merem setengah melek. Gue mau tidur dulu, semoga gue ga' ketemu ibu sama anaknya lagi di mimpi. Byee.......

Yang mau komen, komen aja, ga' usah malu-malu. Dan jangan takut bayar, komen di blog gue gratis kok.

Komentar

  1. Udah enak-enak kebawa suasana, eh malah Ngimpi. "ampun.. deh."

    Tapi seru ceritanya, mengebu-gebu. :)

    BalasHapus
  2. ah elaaah, ujung ujungnya cuma mimpi ternyata hahaha

    BalasHapus
  3. hggghh. ternyata cuma mimpi. padahal udah greget tadi sama ibu2 itu. gak terimakasih banget kan ya, udah dijaga anaknya malah nuduh nyopet. -__-
    memang kadang kalau berada dalam kepanikan kita suka gegabah, dan akhirnya salah langkah dan ujung-ujungnya malah ngerugiin orang lain.

    BalasHapus
  4. Yah...cuma mimpi...kecewa...
    Pantesan gua aneh, biasanya minta maaf ga sampe ngasih uang ratusan ribu kayak gitu juga kali...

    BalasHapus
  5. Yee, kirain ini cerita asli.

    Tapi, kalo cerita asli sih kayaknya enggak mungkin. Dikasih seratus ribu sepuluh lembar, ditolak, eh ditambahin dua kali lipat. Wkwk.

    Seandainya itu nyata. Seandainya...

    BalasHapus
  6. Wahahahaha keren keren... Kirain bakalan jadian sama si ibunya :v
    Gw kira beneran, tp asli seru.... Kesimpulannyapun oke banget dah ... Intinya Thing before doing *Asyiiik
    Salam kenal .... :D

    BalasHapus
  7. Eh itu slah ketik gw... harunya Think :D hahaha

    BalasHapus
  8. ngeselin ga sih ? udah baca asik asik udah masuk dalam suasananya ternyata lo cuman mimpi ? -_- kalo ujung"nya mimpi sekalian aja aturan itu ibu" ngasih rumah sama mobil, sama anak ceweknya yang cakep buat lo sebagai permintaan maafnya, biar sekalian mimpinya :"

    BalasHapus
  9. Hahahahaha. Gue terjebak.
    Keren nih tulisan, dari ceritanya bisa di ambil begitu banyak pelajaran.
    Keren beroh ..

    BalasHapus
  10. Waadduuhh...kirain beneran... ternyata hanya mimpi belaka...haha, coba aja dapat berlembar2 uang seratusribuannya nyata..enakk bnaget tuh. Tapi sekali lagi itu semua hanya mimpi.

    Bener, kadang orang itu bnyk yg asal tuduh tanpa bukti,kitapun di tuntut sebnarnya utk lebih berhati2 terhadap sikap...ok nice post :))

    BalasHapus
  11. yahhh, gue ditipu..gue pikir ini beneran gue udah siap BBMin buat gue eceng ecengin, lah ternyata mimpi...asyim

    BalasHapus
  12. Ada pelajaran disetiap kejadian.

    Tapi ya, kalo memang kejadian di dunia nyata, ya jangan mau untuk dititipin tas sama ibu - ibu. apalagi ibu - ibu panikan yang jantungan.

    Gue juga mau tidur dulu lah, mau jadi satpam.

    BalasHapus
  13. sekilas gue baca judulnya "Ketika GUe Dituduh Monyet" -_- mungkin gue lelah, tidur dulu akh..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Do'a Anak Kecil Agar Ramadhan Setiap Hari

"Assalamu’alaikum. Mak, Udin habis dari rumah Pak Mamat." Lapor Udin pada Emaknya. Sebulan setelah bulan Ramadhan lewat. "Tapi Pak Mamat udah ga' mau ngasih makan lagi, ga' kaya' kemarin pas puasa. Pak Mamat selalu mau ngasih Udin makan." "Kata Pak Mamat sih buat bayar fidyahnya soalnya ga' kuat kalau puasa. Lucu ya Mak, Pak Mamat kok ga’ kuat puasa. Udin yang kelas 5 SD aja puasa penuh. Pak Mamat kan badannya gede, sehat.” “Eh, tapi ga' papa ding, kan kalau Pak Mamat puasa Udin malah ga' dapat makan. Hahaha....." Udin tertawa, meralat omongannya sendiri. Tapi Emaknya tidak ikut tertawa. "Jarang-jarang kan Udin bisa makan pakai telur, kemarin malah sempat ada potongan ayamnya." Kenang Udin, sambil mengusap air liur yang mengalir di sudut bibirnya. "Kenapa kalau pas bulan puasa orang-orang pada baik ya Mak?"

Ketika Gue Kehilangan Dompet

Bulan kemarin, gue mengalami kejadiaan naas. Bukan, gue bukan ketangkep satpol PP pas mangkal, karena gue ga pernah mangkal. Tapi kejadian naas gue kali ini karena bulan kemarin gue kehilangan dompet. Yap kalian ga salah baca, bulan kemarin gue kehilangan dompet. Dan karena kejadian kehilangan dompet ini gue jadi ga bisa posting selama sebulan. *ok, skip Kronologinya begini, pas hari Minggu gue iseng-iseng masuk atm buat sekedar ngadem sama ngecek saldo. Keluar dari atm dan udah ngestater motor, tiba-tiba muncul tukang parkir dari dalam botol . Gue yang udah niat ngegas terpaksa berhenti cuma buat ngambil duit receh di dompet buat bayar parkir. Setelah itu dompet masuk kantong lagi dengan asal-asalan, dan gue melanjutkan perjalanan buat pulang ke rumah. Gue memilih jalan yang agak sepi, yah siapa tahu ada kuntilanak iseng yang bisa digodain. Jalan yang gue pilih agak menantang, meliuk-liuk dan bergelombang. Singkat cerita gue udah sampai di depan indoapril, soalnya gue haus da

Recycle yang Unreuseable

Akhir-akhir ini gue ngerasa kalau gue harus bisa ikut andil dalam kegiatan menjaga lingkungan, salah satunya dengan melaksanakan prinsip reuse, reduce, recycle. Jadi barang-barang yang semula dianggap sampah bisa dimanfatkan lagi dengan cara digunakan lagi, atau didaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat, dan kalau memang ga bisa ya dikurangi pemakaiannya. Dengan begitu akan mengurangi jumlah produksi sampah yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Tindakan-tindakan kecil yang udah gue lakuin antara lain gue udah pake botol isi ulang, jadi gue udah ga beli-beli air mineral kemasan lagi biar ga nambah jumlah produksi sampah plastik. Tiap belanja ke indoapril gue juga udah mulai bawa tas sendiri buat ngurangi pemakaian kantong plastik yang ujung-ujungnya juga jadi sampah. Selain itu gue juga ngumpulin foto-foto sama mantan, siapa tau bisa dipakai pas nikahan. *skip Nah kemarin ceritanya gue dapat paket yang pengirimannya dipacking pakai kayu, biar safety dan barang di dalamny